Sabtu, 26 Oktober 2013

Birahi Ayah Kandung 2

Sambungan dari bagian 1

Desiran yang kurasa semakin menjadi saat ayah melorotkan CD yang kupakai lalu menyingkap naik bagian bawah dasterku. Posisiku jadi nungging membelakangi ayah dengan tubuh bagian bawah bugil. Ayah lalu memandu kedua kakiku untuk lebih merenggang jarak, lalu ia pun berlutut dibagian itu.

"Bagus sekali kemaluanmu ini Mar.." ayah memujiku.
"Ayah, saya mau diapakan lagi sih?"

Aku penasaran apa yang akan diperbuat ayah terhadapku. Tapi lagi-lagi ayah bilang kalau itu termasuk pengobatan tradisional yang akan mempermudah aku melahirkan kelak. Sambil menjelaskan itu padaku, tangan ayah mulai menjelajahi belahan pantatku
dan kadang menyusup sampai kebibir kemaluanku.

"Hsstt ahh," aku tak bisa menahan desah yang keluar akibat napasku mulai tersengal menahan dampak aksi ayah.

Perasaan geli menjalari vitalku dan membuat tenaga dikedua kakiku seperti melemah, posisiku jadi lebih merunduk dengan tangan terlipat dimeja dan susuku terhimpit antara badan dan meja. Aku melangkah mundur sedikit menjaga agar perutku tak tertindis tubuh dan terhimpit meja. Posisi itu rupanya membuat ayah semakin mudah menggapai vaginaku dari belakang karena tinggi meja yang hanya satu meter membuat aku nungging maksimal membelakangi ayah yang berlutut.

"Tahan sebentar ya sayang.. cuma sebentar kok,"

Ayah tak lagi mengusapi bongkahan pantatku, kini kedua tangannya menahan bongkahan pantatku dan menguaknya agar bibir vaginaku terlihat. Ditengah penasaranku, tiba-tiba kurasakan lidah ayah sudah menyapu bibir vaginaku. Ritme jilatan ayah di vaginaku sungguh teratur, setiap lima kali menjilat naik turun ayah selalu menghentikannya dibagian klitoris untuk menekan klitorisku dengan lidahnya itu.

Kendali benar-benar dipegang oleh ayah saat itu. Aku sudah tidak mampu lagi bergerak, apalagi menolak perlakuan ayah padaku. Cairan kental kurasa sudah mulai keluar dari vitalku membuat ayah semakin leluasa menjilat, mengecup, dan mengulum bibir vaginaku. Dendam nikmat yang tak kuraih dari Mas Hamdi semalam, ingin kutumpahkan disini, bersama ayahku.

"Aduhh yahh.. gelhihh sekalhii ehhsshh," saat ritme jilatan ayah menekan klitorisku, pantatku menyambut bergerak kebelakanng membuat wajah ayah tenggelam dibongkahannya, aku ingin agar lidah itu menekan lebih keras klitorisku. Tanganku menggapai apa saja yang ada diatas meja, meremasi gelas dan serbet disana demi menikmati sensasi itu. Koyakan-koyakan lidah ayah menembusi belahan bibir vaginaku, sesekali ayah menyedot dan menelan cairan kental yang keluar, lalu mengoyak lagi dan lagi.

"Ehm.. kemaluanmu sudah mulai berkedut Mar, apa sakit diperutmu sudah mulai hilang?" ayah menghentikan jilatannya dan bangkit mendekap tubuhku yang tetap nungging.
"Mhh aahh, belum yahh.. masih sakit perut Mar," aku menjawab begitu agar ayah meneruskan lagi jilatannya dan membuai lagi birahiku.
"Belum? Kalau begitu ayah teruskan ya pijitannya, kalau begini enak tidak sayang?" ayah berdiri dibelakangku, kedua tangannya mencengkeram pinggulku. Belum lagi aku menjawab pertanyaan ayah, kurasakan benda hangat dan tegang ingin menembus vaginaku.
"Ohh yaahh..," penis ayah yang sudah berada digerbang liang nikmatku langsung amblas separuh di vaginaku saat aku mundurkan pantatku.

Tapi ayah seperti ingin menyiksa birahiku, ia tetap berdiri mematung sekalipun penisnya sudah masuk separuh ke liang nikmatku. Kini akulah yang aktif memburu batang perkasa ayah, pinggulku memutar dan mundur-mundur menahan gatal yang ingin agar penis itu masuk utuh divaginaku. Beberapa menit seperti itu, ayah pun tak bisa lagi menahan birahinya, dan siap
menggenjotku. Tetapi baru saja ayah terasa akan menekan pinggulnya kedepan, mendadak terdengar ketukan pintu rumah. Ayah beranjak menjauhiku dan menaikan celananya lagi.

"Ada orang Mar.. kamu perbaiki bajumu ya, ayah lihat siapa yang datang," ayah meninggalkanku didapur.

Agak kesal memang saat itu karena aku sudah terlanjur birahi dan ingin sekali terpuaskan. Tapi kesal itu luntur saat terdengar suara Henny, adik bungsu Mas Hamdi.

"Mbak Mar ada Pak Sam.., saya disuruh panggil, Mas Hamdi sudah pulang," begitu suara Henny terdengar.
"Oh.. ada nak, Mbak Mar ada disini baru ngatur makanan untuk saya. Mar, Mar.." ayah memanggilku.
"Eh Henny, Mas Hamdi pulang ya.., yuk kita pulang. Yah Mar pulang dulu ya," aku berpamitan dan mengajak Henny pulang kerumah mertuaku, hari sudah beranjak siang saat itu.

Sampai dirumah Mas Hamdi memintaku membuatkan kopi untuknya, lalu dia banyak bercerita tentang hasil melautnya semalam.

"Cakalang sedang banyak Mar, mungkin setelah makan siang nanti saya bersama kawan-kawan kembali ke laut, mumpung rejeki nih," katanya.
"Iya Mas, tapi hati-hati ya," jawabku.

Setelah minum kopi, Mas Hamdi menarikku kekamar, dan minta aku melayani nafsu seksnya. Untung baru beberapa saat aku dirangsang ayah sehingga aku sangat senang melayani Mas Hamdi. Tapi seperti biasa, Mas Hamdi main tubruk saja. Menindih tubuhku masih lengkap dengan baju, Mas Hamdi hanya membuka resleting celananya. Dasterku hanya disingkap keatas dan CD dipelorot kebawah lalu ia menggenjotku.

"Ohh mass, enaakhh mass," walaupun Mas Hamdi tak merangsangku namun dengan membayangkan buaian ayah tadi, aku bisa terangsang dan benar-benar ingin dipuaskan. penis Mas Hamdi menembusi vaginaku dengan cepat.
"Iyahh sayangghh enaakhh sekalii.. pepekmu ougghh," Mas Hamdi melenguh, padahal baru beberapa menit penisnya masuk di pepekku.
"Ouhh.. Sstthh.. janghaann duluu mass, ahh," ingin kuhentikan saat merasakan penis Mas Hamdi berkedut menyemburkan sperma kerahimku. Oh, lagi-lagi dia hanya memikirkan kepuasan sendiri, tanpa mengerti perasaanku yang juga ingin merasakan nikmatnya disetubuhi suami.
"Uhh, nikmat sekali sayang, makasih ya," katanya, mengecupku, lalu pergi.

Aku ingin sekali marah, berteriak, dan maki-maki, tetapi semua hanya bisa tumpah lewat tangisan siang itu.

Sore hari setelah Mas Hamdi melaut, aku berpamitan kepada mertuaku untuk menjenguk ayah. Lagi-lagi alasanku ayah sedang sakit. Begitulah, sore itu aku kembali berada dirumah ayah, dan tak ingin membuang waktu aku langsung memluk tubuh ayah begitu masuk rumahnya.

"Oh.. ayahh, Mas Hamdi jahat yah..," aku menangis dipelukan ayah diruang tamu.
"Kamu kenapa Mar..? kenapa kamu..?" ayah nampak khawatir melihat aku menangis.
"Dia menyetubuhiku tapi perutku tambah sakit yah, ini yah disini sakit," aku menuntun tangan ayah keperutku yang mulai membuncit.
"Disini ya, sayang. Sudah, kamu diam ya nanti ayah obati.., nah disinikan yang sakit? disini juga ya..?" ayah seperti mengerti apa yang kuinginkan dalam posisi berpelukan sambil berdiri, tangan ayah mulai merayapi dari perut sampai selakanganku, membuat gairahku bangkit seketika.

"Ayo sayang, ayah obatin dikamar.., ups.."

Ayah membopong tubuhku dan membaringkanku diranjang kamarnya. Setelah itu, bagai serigala lapar, ayah melucuti pakaianku dan pakaiannya juga. Ayah langsung menerkam selangkanganku yang membasah dan menjilati lagi vaginaku.

"Ohh iyaahh yaah.. begitu yahh.. aahh," aku tak lagi bisa mengendalikan ocehanku, nikmat sekali perlakuan ayah itu.

Mendengar celotehku tangan ayah naik merambati susuku, meremas, dan mencubiti putingnya. Sepuluh menit mempermainkan vagina dan susuku, ayah rupanya tak tahan juga. Apalagi pagi tadi pasti ayah pun sangat menyesal nafsunya tak tuntas.

"Uh Mar.., angkat kakimu ya.. begini sayang," ayah membimbing kakiku menopang dipundaknya.

Dengan posisi itu ayah menepatkan penisnya dibelahan bibir vaginaku.

"Yahh.., obatin Marr yah.. cepet yahh," aku sudah merasa gatal sekali ingin segera menerima sodokan penis kekar ayahku.
"Mar.., kalau lagi hamil muda memang wanita butuh beginian, kalau suamimu susah, kamu sering kemari ya, biar ayah obatin.
Lagipula, wanita hamil paling enak memeknya.. kayak kamu ini," ayah sengaja lagi mempermainkan birahiku, aku diajaknya ngobrol sementara kepala penisnya yang bulat dibiarkan membenam di pintu vaginaku tanpa memasukan batangnya.

"Gimana Mar? Kamu jawab donk sayang..?" tanyanya.
"Duhh ayahh.. masukinn dong yahh, Mar nggak bisa nahan lagihh, ahh.. iyaa uhh," belum selesai aku memohon, ayah menekan pinggulnya, membuat penisnya masuk keliang nikmatku.
Bless.. cleepp..
Posisi yang dibimbing ayah ternyata membuat syaraf divaginaku menerima rangsangan yang maksimal. Dengan posisi itu penis ayah menekan cukup diklitorisku setiap kali keluar masuk menembus bibirnya. Penis ayah yang sedikit lebih gemuk dari penis suamiku serasa membuat bibir vaginaku ikut monyong-monyong menerima sodokannya. Tangan ayah meremasi susuku dengan keras, dan tanganku hanya bisa melampiaskan nikmatku dengan meremasi bantal dikepalaku.

Kunikmati setiap gerakan ayah, aku juga berusaha menggoyang ayah dari bawah memutarkan pinggulku semampuku, aku pun ingin ayah merasakan kenikmatan yang sama seperti yang kudapat darinya. Mungkin benar kata ayah, saat hamil muda wanita sangat butuh seks dan butuh terpuaskan. Rambutku yang panjang sudah acak-acakan mengikuti gerak kepalaku yang liar. Keringat ayah dan keringatku bercampur membasahi tubuh kami dan juga sprei ranjang.

"Ohh Marr.. bukan mainn Mar.. enakh sekali pepekmu nak..," ayah sudah hampir jebol, gerakan menggenjotku semakin cepat.
"Oyaahh..mmphh aahhsstt.. enaakk juggaa konntollnyaahh.. aahhsstt," saat gerakan ayah lebih cepat, rangsangan diklitorisku menjadi puncak.

Aku juga hampir jebol, meski berusaha kutahan tapi kedutan kecil dinding vaginaku semakin menjadi, sampai akhirnya kupiting leher ayah dengan betisku yang menggatung.

"Amphuunn yahh.. aahhsstt,.. enghh.. ahhsstt..enghmm.. yahh.. ohh," aku jebol, vaginaku berkedut menjepiti penis ayah.
"Maarr.. ennaakk ohh.. ouhh.. ohh, ennaakkh Marr ohh," beberapa detik kemudian ayah menyusul orgasmeku, tubuhnya mengejang dan tangannya semakin keras meremas susuku.

Ayah menurunkan kedua kakiku dari pundaknya tanpa melepaskan penisnya yang terjepit vaginaku, dan mengarahkanku untuk berbaring miring berhadapan dengannya yang terkulai disampingku, kelamin kami tetap menyatu saat itu. Sampai akhirnya penis ayah mengecil dan melepaskan diri dari jepitan vaginaku. Saat lelah kami terobati dengan tidur beberapa jam, malam itu aku pulang kerumah mertua, dan melanjutkan tidur nyenyak dengan perasaan nyaman sekali.

Seperti kejadian pertama, meskipun aku terpuaskan bukan main tapi kejadian kedua bersama ayah menyisakan sesal dibathinku. Apalagi setiap kali aku mendengar ceramah rohani, aku merasa dosa terhadap Mas Hamdi suamiku. Selain itu aku juga merasa dosa melakukan hubungan intim dengan ayah kandungku, bukankah kami sedarah dan tabu untuk melakukan itu?

Tapi entahlah, dibalik rasa sesal itu, ada rasa ingin mengulangi yang juga sama besarnya. Dua perasaan itu berkecamuk dibathinku seminggu ini, selama itu aku ingin sekali ke rumah ayah tetapi batal karena rasa sesal tadi. Pagi itu aku merasa perang bathin lagi, tapi nampaknya rasa sesalku kalah kali ini dengan rasa ingin mengulangi nikmat bersama ayahku. Apalagi semalam aku kembali kecewa dibuat Mas Hamdi. Walaupun semalam Mas Hamdi sampai tiga kali menindih tubuhku dengan nafsu, tetapi ia selalu selesai sebelum aku puncak.

Setelah menyelesaikan pekerjaan rumahku, aku mengemasi makanan untuk kubawa kerumah ayah yang sudah seminggu ini tak kukunjungi. Kupikir aku bisa menghabiskan waktu disana karena Mas Hamdi baru subuh tadi berangkat dan tentu pulang malam. Maklum arah angin berubah sehingga hari itu Mas Hamdi melaut pagi.

Waktu aku sampai dirumah ayahku, rupanya pintu tak terkunci sehingga aku bisa langsung masuk. Kulihat ayah tertidur di kursi bambu ruang tamu, hanya pakai sarung dan telanjang dada. Kubiarkan ayah tidur sementara aku kedapur memindahkan lauk dari rantang ke piring yang ada dimeja dapur. Setelah itu aku kembali keruang tamu dan memperhatikan ayahku yang tertidur dikursi panjang dari bambu. Dibanding Mas Hamdi, ayah memang bertubuh lebih bagus walau sudah cukup tua. Dada bidangnya masih menonjolkan otot semasa muda dulu membuat tubuh yang tingginya mencapai 178 cm masih terlihat kokoh jika berdiri.

Mataku menjelajahi tubuh ayah yang terlentang, dari kaki sampai wajah. Wajah ayah juga masih menawan untuk lelaki seusianya, mirip-mirip aktor gaek Pit Pagauw yang mancung dan ganteng itu. Kuyakin, sebenarnya banyak wanita yang tergila-gila pada ayah, hanya saja ayah benar-benar sudah trauma dengan kegagalan perkawinannya dengan ibuku. Huh.. seandainya aku lahir di zaman ayah dan bukan anak ayah, ingin rasanya aku kukawini ayah dan menjadi istrinya. Tentusaja kenikmatan dapat kuraih setiap saat darinya, tapi mungkin bukan itu ukuran kebahagiaan tiap wanita, buktinya ibuku memilih meninggalkan ayah dan kawin lagi dengan pria yang lebih kaya.

"Ngghh.." ayah menggeliat tetapi tetap tidur, kaki kanannya yang terangkat membuat sarung yang dikenakan singkap hingga pangkal paha ayah terlihat jelas.

Oh.. Kekarnya penis ayah langsung membayang dibenakku, apalagi saat itu ujung penis tidurnya terlihat. Ayah tak menggunakan CD rupanya, sehingga penisnya menggelayut keluar dari kain sarung ketika kaki kanannya terangkat dan sarung itu tersingkap. Penis ayah yang tidur saja sudah hampir sama besar dengan milik suamiku, dadaku langsung berdesir saat itu, birahiku merambat naik.

Entah setan apa yang menguasaiku saat itu, aku mendekat dan bersimpuh dilantai menghadap kursi tempat ayah tidur. Posisi wajahku berada beberapa centimeter dari penis ayah yang keluar dari sarung. Dengan sangat lembut kusentuh penis ayah yang masih tidur, dan pelan-pelan kugenggam penis itu dan kuusap-usap mengocok-kocok penis ayah. Walau ayah hanya bergumam kecil dan tetap tidur, tetapi reaksi penisnya positif, batang nikmat itu perlahan membesar dan menegang seirama dengan kocokanku. Aku benar-benar blingsatan sendiri menyadari penis ayah sudah on dan siap aksi, entahlah hari itu sebelum mendapat foreplay dari ayah, aku justru sudah terbakar birahi.

"Ouhh.. Sayangg.." ayah mendadak terbangun, tangannya meremasi rambutku dan menuntun kepalaku mendekat ke penisnya.
"Tolong hisap sayang, seperti ayah menjilati vaginamu itu," ayah memerintahku, dan perintah itu kulaksanakan tanpa keberatan, walau sebenarnya baru kali itu aku menghisap penis lelaki.
"Mmmphh ssthh mmpphh.. Ahh, enak yah?, mmphh sshtt," kulakukan pekerjaanku dengan baik.

Tubuh ayah sampai menggelinjang beberapa kali menahan kenikmatan oralku. Saat mulutku mengulum penisnya, ayah menggerakkan tangan yang memegang rambutku maju-mundur ke arah penisnya, membuat mulutku secara otomasi maju mundur pula menelan dan melumat penis ayah. Cairan bening yang keluar dari penis ayah kutelan dengan penuh nafsu. Sambil mengulum penis, kuperhatikan sensasi wajah ayah yang semakin tampan meringis menahan buaianku itu. Ayah mencengkeram rambutku lebih kuat dan lebih cepat menggerakan tangannya memaju mundurkan kepalaku.

"Hsstt ohh.. Nikmaattnyaa saayyhh.. Oghh.. Aahhgg.. Ayhh puass Marr.. Ohh," tubuh ayah kejang dan penisnya menyemburkan sperma kental yang cukup banyak, kutarik wajahku menjauh sehingga puncratan sperma ayah tercecer ke lantai.
"Ohh.. Sayang sini sayang, duduk diatas sini ya,"

Setelah beberapa menit menarik nafas, ayah menyuruhku duduk di kursi bambu itu sementara ia beralih berlutut dilantai dengan posisi menghadap perutku. Ayah mengakat kedua kakiku dan menopangnya kemeja di depan kursi, tubuh ayah seolah kujepit diantara kedua pahaku. Kini gantian ayah yang mengoralku. CD yang kupakai tidak dilepaskan ayah, tanganya mengamit CD bagian bawah dan dibawanya kekanan sehingga bibir vaginaku tersembul lewat celah CD itu, lalu ayah merunduk dan kurasakan sapuan nikmat di permukaan vaginaku.

"Ohh yaahh.. hhsstt," gantian juga, kini aku yang meremasi rambut ayah dan menekan kepala ayah agar lebih terbenam menjilati vaginaku yang membasah. Perlakuan ayah sungguh lelaki, jilatannya membuat aku menggelinjang kenikmatan semakin memuncakkan nafsu birahiku.

"Enghh uhh.. Enak sekali yahh, disitu yahh, oh ya disitu.. Isap yang kuat yah," desahanku semakin menjadi, sesak dadaku menahan rasa ngilu nikmat disekitar vagina dan merambat hiingga boongkahan pantat dan jari-jari kakiku. Aku berusaha bertahan cukup lama, tetapi setelah lima belas menit diperlakukan begitu akhirnya pertahanku jebol.
"Duhh yahh.. Ohh Marr yahh.. Uhh, hsstt.. Enghh enakk.. Ahhsst," saat vaginaku mulai berkedut, kutekan kepala ayah agar lebih membenam di vaginaku, cairan yang keluar dari liang nikmatku disedot ayah, membuat sensasi nikmatnya orgasme bagiku. Saat kedutan itu selesai, aku langsung terkulai dikursi bambu itu, dan ayah bangkit duduk disampingku membelai kepalaku.
"Enak Mar?," ayah membelai pipiku dan menatapku.

"Enghh ayah, iya enak sekali yahh.." aku lalu menyandarkan kepala didada ayah. Kami duduk dengan posisi begitu hampir setengah jam, aku dan ayah terlibat obrolan tentang kenangan indah ayah bersama ibuku, dan juga tentang aku dan suamiku. Kepada ayah kuceritakan betapa irinya aku terhadap hubungan ibu dengan ayah yang jauh lebih indah dibanding dengan aku dan Mas Hamdi, tak terasa aku pun menangis dipelukan ayah.

"Kasihan kamu nak, pasti kamu menderita tak terpenuhi nafkah bathinmu selama ini," ayah membelaiku lagi penuh kasih. Setelah membelaiku, ayah memegang tanganku dan menuntunnya ke arah penisnya. Astaga, penis ayah sudah tegak kembali dengan perkasa.
"Mari Mar.. ayah tuntaskan kenikmatan tadi untukmu," ayah membimbingku lagi untuk berdiri menghadap kursi dan menopang tangan pada sandaran kursi bambu itu.

Aku menurut tuntutan ayah, saat itu aku pun ingin segera menerima penis ayah, aku ingin disetubuhi ayah dari belakang, doggy style. CD ku yang basah dipelorotkan sampai lutut dan dasterku disingkap sehingga bongkahan pantatku terlihat jelas. Ayah memelukku dari belakang, tangannya mengusapi perut buncitku dan meremasi susuku. Ayah juga mengecupi leher belakangku.

"Ouhh yaahh.. Marr nggak tahann yah.." aku mulai tak sabar disenggamai ayah, merasakan penis besarnya merangsek vaginaku.
"Iyahh sayangg.. Nihh ayahh berii.. Ouhh nikmatnyya pepekk inii," ayah menepatkan penisnya dibibir vaginaku dan menekan pinggulnya kedepan, gerakan itu membuat penisnya langsung amblas diliang nikmatku yang sudah banjir saat itu.
"Iya yahh begiituu yahh.. Enakk sekalliihh ohh," aku merintih menahan nikmat dibagian vitalku.

Ayah mulai menggerakkan pantatnya maju mundur, sehingga penis kekarnya menerobos keluar masuk di vaginaku. Senggama doggy style memang nikmat, apalagi baru kali itu aku mengalaminya, setelah beberapa siang lalu gagal lantaran hampir kepergok Henny, adik iparku. Ayah benar-benar memacu birahiku, vaginaku mulai berkedut menginjak menit ke dua puluh kami bersenggama.

"Ahhsstt.. Hhngghh.. Duhh yaahh.. Enhaakkhh ouuhh, iyaa lebih kerass yaahh.. Enaakkhh hngghh," aku kelabakan menerima sodokan ayah, kedutan kecil divaginaku kutahan sebisa mungkin, aku belum mau secepat itu orgasme, aku ingin lebih lama merasakan kenikmatan itu. Kugoyangkan pinggulku berputar mengimbangi gerakan ayah, otot perut kutegangkan sesekali agar ayah merasakan jepitan vaginaku dipenisnya.

"Ohh Marr.. Enakknyaa pepeekkmuu.. Ohh," ayah pun mulai merasakan hal yang sama, celotehnya semakin menjadi sambil tangannya meremasi bongkahan pantatku. Ayah menggenjotku lebih keras, penisnya menumbuki vaginaku sampai menimbulkan keciplakan berpadunya kelamin kami.

Aku tak tahan lagi, otot-otot kakiku mengejang seiring denyutan vagina yang semakin sering muncul. Nafasku dan nafas ayah berpacu melenguh, mendesis, memndesah, dan berteriak kecil.

"Iya yahh.. Kuatin yahh.. Marr sampaii yahh.. Ouhh.. Aahhsstt ighh.. Ammphuunn aahh," kurasakan seluruh ototku mengejang, kenikmatan mengumpul dari kaki, pantat hingga vaginaku yang semakin keras berkedut, aku hampir orgasme.
"OuuhHPp Marr.. Iinnii diaa.. Ohh.. Ohh ayah hampir juga Mar.. Ohh," ayah pun mengerang, tangannya menjambaki rambutku dan tubuhnya semakin cepat menggenjot tubuhku.
"Ouhh.. Ammphunn yahh.. Amphunn.. Aahhsstt.. Ohh.. Ampphunn.." aku sampai berteriak menerima orgasmeku, aku jebol.
"Iya Marr.. Inii.. Ayahh juggaa.. Aahh," ayah masih menggenjotku berkali-kali saat aku sudah puncak.

Tetapi, "braak.." pintu rumah ayah yang lupa kami kunci terbuka lebar. Menyusul suara pintu itu, Mas Hamdi masuk dan berdiri terpaku memandang ke arah kami.

"Ouhh Maarr.. aaghhkk.. Ohh.. Iyaahh.. Ohhggh," sangat tanggung saat itu, meskipun kami tahu kehadiran Mas Hamdi tetapi puncak nikmat yang datang tak mungkin lagi terhindar, ayah meneruskan memompaku sampai ia sendiri kejang dan memeluk tubuhku dari belakang.
"Ohh ammphunn yaahh.." aku sangat kenikmatan saat itu.

Mas Hamdi terpaku memandang kami, tetapi setelah mendengar aku berkata ampun, Mas Hamdi segera menuju ke arah kami dan menarik tubuh ayah.

"Kurang ajar kau orangtua, anakmu sendiri kau perkosa.. Huh"

Sebuah pukulan menyasar kewajah ayah sampai ia terjerembab kelantai. Rupanya Mas Hamdi berpikir kalau barusan tadi aku diperkosa, ia lalu menghampiri ayah yang jatuh dan menendang tubuh tua ayah beberapa kali. Aku tak tahu mesti bagaimana saat itu, selain mengenakan kembali CD-ku dan membenahi pakaianku.

"Kamu nggak apa-apa sayang?," suamiku memelukku setelah ayah tak berdaya.
"Enggak Mas.. Nggakk apa-apa," aku pun memeluknya, sungguh aku takut sekali saat itu.

Takut ketahuan, dan takut ditinggalkan suami. Beberapa menit kemudian suara ribut hardikan Mas Hamdi kepada ayah mengundang masyarakat datang. Ayah kemudian diarak ke rumah Pak Rahmat, Kadus dikampungku. Setelah sehari diamankan di rumah Kadus, Mas Hamdi melaporkan perbuatan ayah kepolisi dan ayah diamankan di kantor polisi sekaligus dijerat sebagai pemerkosa anak kandung. Aku ingin sekali membela ayah, tetapi aku tak mampu.

Kini, sudah lima bulan berlalu. Ayah sudah melalui proses peradilan dan meringkuk di LP sebagai terpidana tiga tahun penjara. Kisah kami tetap kusimpan rapi, dan sebulan sekali aku masih mengunjungi ayah di LP walaupun kulakukan tanpa setahu suamiku.

Birahi Ayah Kandung 1

Sebut saja aku Mar, wanita berusia 18 tahun, sudah menikah dan sedang hamil 8 bulan. Aku berani menceritakan kisahku setelah Sam (60), ayah kandungku diamankan polisi lima bulan lalu, setelah sempat digebuki Mas Hamdi (25), suamiku.

Sebagai wanita yang tumbuh ditengah keluarga miskin dilingkungan pesisir, aku terbiasa hidup dan kerja keras membantu orangtuaku yang nelayan. Kampung kami di pulau L (Edited ***) agak jauh dari kota dan seperti terisolir membuat tatanan kehidupan bermasyarakat disana kurang terbuka, aku pun tumbuh menjadi gadis kurang pergaulan.

Sejak berusia 11 tahun, ayah dan ibuku bercerai. Ibu kawin lagi dengan lelaki idamannya membawa Fery, adikku. Mereka pun tinggal di kota, dirumah barunya. Sejak itu pula aku hidup bersama ayahku dirumah kami dikampung pesisir itu, karena Anto dan Santi, kedua kakakku sudah merantau kepulau seberang.

Kehidupanku bersama ayah berjalan wajar. Untuk makan sehari-hari, ayah masih sanggup mencari nafkah sebagai nelayan, sedangkan aku turut membantu bibi berjualan dipasar. Hingga aku menginjak usia 17 tahun, dan tumbuh menjadi gadis yang kata masyarakat kampungku aku lumayan cantik. Diusia itu aku disunting Mas Hamdi, anak lelaki bibiku.

"Kamu sudah dewasa nak, setelah menikah nanti jadilah istri yang taat kepada suami. Ayah harap kamu tidak seperti ibumu yang tergiur harta kekayaan lelaki lain sehingga kamu menderita," kata ayah setelah menerima pinangan bibi, orang tua Hamdi.

Pesta penikahan yang cukup mewah untuk ukuran kami tak membuat aku bergembira karena pikiranku tertuju iba pada ayahku yang nantinya akan sebatangkara kutinggalkan. Tapi aku pun sangat mencintai Mas Hamdi, suamiku.

Dimalam pertama kami, aku benar-benar bahagia bersama Mas Hamdi. Malam itulah kuserahkan semua yang kumiliki padanya, sangat berkesan bagiku.

"Aku sayang kamu Mar.." Mas Hamdi mengecup keningku saat kami dipembaringan, usai pesta kawin kami malam itu.
"Aku juga Mas.." jawabanku tulus dan kami pun berpelukan erat.

Kecupan Mas Hamdi dikeningku terus turun ke pipi, hidung, dan selanjutnya Mas Hamdi mengecup bibirku dan mengulumnya dalam. Tangannya mulai melucuti kebaya putih yang kukenakan, menyibak bra yang kupakai, lalu menyentuh puting susuku, meremas dan mencubit kecil susuku.

"Aouhh Mass, geli Mas," terus terang baru sekali itu aku dijamah lelaki, perasaanku bukan main takut bercampur enak.

Mas Hamdi tak peduli, bagaikan singa lapar ia kemudian melucuti seluruh kain yang melilit tubuh bawahku dan juga melepaskan seluruh pakaiannya.

"Tenang ya sayang, sakit sedikit kok.. nanti juga enak," kata itu keluar dari bibir Mas Hamdi saat menindih tubuhku.
"Aahh mass, sakit sekali Mas," aku agak menjerit saat benda tumpul milik Mas Hamdi mengoyak vaginaku.

Malam pertama itu Mas Hamdi menyetubuhiku dengan beringas, dan tak memberiku kesempatan untuk mencapai klimaks yang nikmat. Tapi aku pikir mungkin itulah gaya seks pria pesisir yang terbiasa hidup keras sebagai nelayan.

Meski aku bahagia hidup bersama suamiku, namun rasa BHakti pada ayah tak pernah kusingkirkan. Walau kami hidup beda rumah, dengan jarak 200 meter. Tetapi seringkali kubawakan ayah makanan dan minuman, biasanya tiga hari sekali. Apalagi Mas Hamdi pun menyuruhku untuk tetap memperhatikan ayahku yang mulai tua, dan jarang melaut lagi. Tapi selama itu segela sesuatunya masih berjalan lancar.

Hingga suatu siang, empat bulan setelah aku menikah, aku membawakan makanan dan minuman kerumah ayah yang letaknya agak terpisah dari rumah lainnya dikampung kami. Saat itu aku sudah hamil dua bulan.

"Ini yah, saya bawakan sayur dan ikan. Ayah nggak usah masak lagi untuk nanti malam tinggal dihangatkan saja," kataku setiba dirumah ayah.
"Duh.. makasih ya sayang. Kamu ini benar-benar anak berBHakti," kata ayah seraya menghampiri dan mengecup keningku.

Kupikir kecupan itu pertanda sayang seperti yang selama ini diperbuat padaku, kubiarkan saja itu dan kemudian aku ke dapur untuk memindahkan makanan dari rantang yang kubawa kepiring didapur. Ayah rupanya membuntutiku dan ikut kedapur, lalu disaat tanganku sibuk menyusun piring dimeja makan, ayah memelukku dari belakang.

"Kamu sudah hamil ya sayang," tanya ayah sambil memeluk dan memegangi perutku dari belakang.
"Iya yah, sebentar lagi saya akan kasih ayah cucu," jawabku membiarkan ayah tetap memelukku, karena kupikir ayah sangat menyayangiku.
"Kalau mulai hamil, perutmu harus sering diusap dan dipijit pelan supaya bayinya nggak turun," ayah berkata itu sambil mengusap perutku dengan posisi tetap memelukku dari belakang.
Kubiarkan ayah melakukan itu sementara aku tetap sibuk memindahkan makanan untuk ayah.
"Si Hamdi sering mijitin kamu nggak sayang," ayahku bertanya lagi.
"Uh ayah ini, Mas Hamdi kan kerja, pulangnya capek mana sempat mijitin saya. Bukannya saya sebagai istri yang harus mijitin dia?" kujawab ayah dan melepaskan pelukan ayah, lalu aku pindah keruangan depan.

Siang itu, seperti biasanya sebelum pulang aku sempatkan untuk ngobrol bersama ayahku. Selain menanyakan kebutuhan apa saja yang harus kubawakan, aku juga kerab berkeluh kesah tentang sikap mertuaku, ibu Mas Hamdi yang sampai saat itu belum bisa kuakrabi sebagai menantu. Tapi siang itu ayah justru membicarakan masalah kehamilanku, masalah perawatan janin diperutku, termasuk masalah harus rajin diusap dan dipijat perutku.

"Nah.. suamimu kan nanti malam melaut, kamu datang kemari saja supaya ayah bisa pijitin ya," begitu pinta ayah sebelum aku pulang.

Aku pun mengiyakan saja, soalnya biasanya Mas Hamdi pulangnya agak siang setelah melaut. Lagipula, dirumah mertua aku sering bingung mau melakukan apa, maklum mertuaku belum sreg benar kepadaku kelihatannya.

Malam itu setelah Mas Hamdi pamit melaut, aku langsung kerumah ayah. Tentu saja aku pamit ke mertua untuk menengok ayah, kataku pada mereka, ayah sedang sakit. Waktu aku datang, ayah sedang mendengarkan siaran radio sambil menghisap rokok tembakau lintingan diruang tamu.

"Malam yah.. kok ngelamun sih?" sapaku sambil bergelayut dilengan ayahku.
"Iya sayang, ayah lagi ingat masa muda dulu," ayahku tetap asyik dengan rokok lintingnya.
Dari bibirnya segera meluncur secuil perjalanan hidupnya yang sebenarnya sudah sering diceritakan pada kami, anak-anaknya.
"Tuh kan ayah jadi cerita, jadi nggak nih mijitin saya? katanya sayang sama cucu yang masih diperut ini?" aku merajuk menghentikan ceracau ayahku tentang hidupnya.
"Iya..iya, tapi sekarang kamu mandi dulu sana," perintah ayahku.

Aku langsung mandi dan terus kekamar ayahku. Saat itu seluruh pakaianku kutanggalkan dan hanya menggunakan kain sarung milik ayah untuk menutup tubuhku. Biasanya dikampung ini, melilit tubuh dengan sarung sudah jadi tradisi tiap wanitanya.

"Sekarang berbaring diranjang itu ya sayang, ayah ambilkan minyak kepala dulu," ayahku memandangi tubuhku dengan senyuman, lalu meninggalkanku sendirian dikamar, aku pun menunggunya sambil berbaring diranjang. Tak lama kemudian ayah datang membawa sebotol kecil minyak kelapa.
"Memang susah anak muda sekarang, nggak perhatian sama istrinya," ayahku bicara sendiri ketika duduk ditepi ranjang.
"Iya, untung saya masih punya ayah yang perhatian ya yah," kataku.

Tangan ayah segera menyibak kain yang kukenakan dibagian atas, sehingga susuku tanpa pembungkus bebas terlihat. Tetapi aku sama sekali tak risih karena sejak kecil sampai gadis pun aku sering dilihat mandi telanjang oleh ayah. Jemari ayah yang kasar mulai mengusapi perutku dengan minyak kelapa, sesekali tangannya memijit bagian perutku.

"Tuh kan? Posisi bayimu agak turun, kamu sering merasa sakit ya?" ayah bertanya sambil tangannya terus memijiti perutku.
"He-eh yah.., sering capek juga kakinya," jawabku menikmati pijitan ayah.
"Ya sudah, nanti ayah pijitin seluruh badanmu ya," ayah mengatakan itu, lalu pijitannya pindah kebetisku, pijatannya bergantian betis dan perut.

Sambil dipijit, aku dan ayah tetap ngobrol, mulai masalah harga ikan yang sedang turun, sampai masalah masa lalu ayah dengan ibuku.

"Uhh.. sakit yah," aku agak berteriak saat merasakan sakit dibagian perut saat tangan ayah memijit.
Ayah menghentikan pijitannya, tetapi tangannya tetap berada diatas perutku.
"Ini ya yang sakit Mar? Wah.. ini bisa bahaya, kalau dibiarkan nanti anakmu bisa cacat lho kalau lahir," kata ayah dengan raut wajah serius.
"Cacat? Jadi gimana dong yah, Mar nggak mau punya anak cacat," aku takut sekali waktu itu, takut menanggung malu jika kelak melahirkan anak yang tak normal.
Ayah tak langsung menjawab pertanyaanku, ia kelihatan sedang berpikir, tapi kemudian tersenyum.
"Bisa kok ayah obatin, tapi ayah harus siapin obatnya dulu ya," ayah kemudian meninggalkanku sendirian dalam kamar. Tak lama ayah datang lagi dan membawa baskom plastik berisi air dan beberapa kembang kenanga.

Ayah kemudian menjelaskan padaku bahwa ia akan mengobati kehamilanku dengan pengobatan tradisional.
"Tapi ayah harus masukan air kembang ini kedalam rahimmu sayang, kamu bisa tahan sakit sedikit kan?" ayah mengatakan itu dengan sangat meyakinkan.

Semula aku ragu, apalagi ayah bilang kalau dia akan memasukan air kembang itu dengan cara menyemburkannya divaginaku. Tetapi keraguanku pupus setelah ayah berkali-kali meyakinkanku. Sampai sekarang pun aku tak tahu pasti apa kata ayahku itu benar atau hanya sekedar akal bulusnya saja. Tetapi yang jelas, saat itu aku menurut saja ketika ayah menyingkap sarung yang kukenakan dibagian bawah dan meminta aku mengangkangkan kaki dalam posisi terlipat, seperti posisi wanita yang hendak
bersenggama dengan lelaki. Ayah sendiri naik keranjang dengan posisi bersimpuh dihadapan kangkangan kakiku. Terus terang aku malu dan kikuk menyadari betapa vaginaku terpampang jelas tanpa penghalang didepan mata ayahku.

"Kamu tenang saja ya sayang, tidak lama kok," katanya, lalu meneguk air kembang dalam baskom dan menampung dalam mulutnya yeng menggelembung.

Aku sangat penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya, apalagi saat kepala ayah mulai merunduk melewati dua pahaku, mendekati vaginaku yang tak terbungkus CD. Beberapa detik kemudian kurasakan dingin mejalar dipermukaan kemaluanku, rupanya ayah sudah menyemburkan air dalam mulutnya tepat kevaginaku. Yang kurasakan selain dinginnya air kembang, juga perasaan geli dibagian vitalku. Ayah mengulangi lagi meneguk air itu dan menyemburkan ke vaginaku, beberapa kali. Hal itu menimbulkan perasaan tak menentu padaku, geli, dingin bercampur enak.

"Gimana Mar, sudah agak membaik rasa sakitnya?" ayah bertanya padaku.
Namun belum sempat kujawab tangan kanan ayah tiba-tiba membelai vaginaku.
"Sabar ya, ayah harus pastikan air kembang itu masuk sampai kerahimmu," katanya, sambil tangannya terus mengusapi bibir vaginaku.

Usapan tangan ayah divaginaku yang sudah basah terkena air kembang membuat sensasi tersendiri kurasakan, aku pun tak bisa berkata-kata lagi karena mendadak lemas seluruh sendi tubuhku.
"Uhh yahh.. sudah yah.., Mar nggak bisa tahan geliinya," bibirku meminta ayah menghentikan aksi usapnya, tetapi kedua tanganku tak menahan tangan ayah yang aktif, tetapi tanganku justru meremasi sprei ranjang kanan dan kiri.
"Disini ya sayang yang geli itu," ayah bertanya sambil jempol kanannya menekan klitorisku dan menguyak-nguyak benda sensitifku itu memutar kecil.
"Nnnghh.. iya yah.. geli sekali disituhh," nafasku mulai tersengal menahan geli yang nikmat dibawah usapan jempol ayah dibagian klitorisku.

Rasa gatal yang sangat kurasakan dipucuk-pucuk kedua susuku yang putingnya sudah mengembang pertanda birahi yang kualami.
Ayah meneruskan aktifitasnya mengusapi klitorisku dengan jempolnya, usapan itu perlahan melemah dengan posisi jempol beranjak menjauh dari klitorisku. Saat itu aku sudah sangat terangsang oleh ayah, pinggulku kini yang naik mengejar jempol ayah agar tak meninggalkan klitorisku. Aku menggelepar dengan napas sudah sangat tidak beraturan lagi, pikiranku sudah melayang dan tak ingat lagi bahwa yang merangsangku adalah ayahku sendiri. Tapi disaat aku sudah sangat terangsang seperti itu, ayah justru menghentikan aktifitasnya di klitorisku. Pinggulku yang tadinya sedikit mengangkat mencari jempol ayah langsung terjerembab lagi, aku terpejam menahan gejolak yang berkecamuk ditubuhku.

"Auhh yahh, kenapa?" tanyaku agak kecewa, tapi mendadak malu saat ayah menatapku, malu karena aku seperti meminta hal yang lebih dari ayahku.
"Mar.. sepertinya air kembang itu tidak masuk benar dalam rahimmu. Ayah ulangi semburannya ya," kata ayahku.
"Yah.. sudah saja ya, Mar.. nggak tahan gelinya," pintaku, tapi anehnya tubuhku tetap berbaring seolah tak ingin menjauhi ayah.

Ayah tak menjawab permintaanku dan kembali meneguk air kembang lalu ditampung dimulutnya. Aku memejamkan mata saat kepala ayah kembali tunduk mendekat ke pangkal pahaku. Aku kembali merasakan dingin di permukaan vaginaku saat ayah mulai menyemburkan air kembang, tapi kali ini lain, setelah semburan itu aku merasa ada benda kenyal nan lembut menyapu permukaan
vaginaku. Kupikir itu jemari tangan ayah, tetapi tidak, itu bukan tangan, benda bertekstur lembut, hangat, dan kenyal itu adalah lidah ayah. Ya, ayah mengusapi tepatnya menjilati permukaan vaginaku dengan lidahnya.

"Ihh.. mmpphh yaahh, aauhh hhsstt," aku tak kuasa menahan rasa nikmat dijilati ayah, terus terang sejak kawin dengan Mas Hamdi belum pernah aku diperlakukan seperti itu. Mas Hamdi selalu main langsung tembak, tanpa rangsangan lebih dulu sehingga selama ini aku sendiri belum pernah merasakan apa yang disebut kenikmatan orgasme. Jilatan ayah mulai meningkat, kini lidahnya justru sering menelusup belahan bibir vaginaku yang mulai banjir. Cairan bening kental dari vaginaku diseruput ayah seperti menyeruput kopi hangat dari gelasnya.

"Ngghhsstt.. yah.. Mar nggak bisa tahnn.. ouhh.." aku mulai menggelinjang tak menentu rasanya.

Namun disaat aku mulai melambung tinggi, ayah menghentikan lagi aktifitasnya di vaginaku, membuat aku menggelepar menahan birahiku sendiri.
"Mar.. ayah agak sulit masukan air kembang itu kerahimmu. Tahan sebentar lagi ya," katanya.
"Yah.. cepetan ya, Mar nggak kuat lagi, geli sekali yah," aku merasa semakin lemas karena birahiku dipermainkan seperti itu.

Saat itu aku berhayal seandainya Mas Hamdi ada tentu dialah yang akan memuaskanku dengan penisnya, karena aku merasa sudah siap betul dan ingin sekali untuk disetubuhi lelaki. Tapi pikiran itu kutepis, karena bukankah ayah yang sedang mengobati kandunganku? Aku tak berpikir bahwa ayah pun terangsang saat itu.

Tapi tak lama kemudian kurasakan nafas ayah kembali mendekati vaginaku, setelah meneguk air kembang yang hampir habis di baskom. Ayah tidak lagi menyemburkan air itu dengan berjarak dari vaginaku, tetapi bibir ayah langsung menempel dibibir vaginaku dan ia menyemburkan air itu. Kurasakan aliran air itu masuk hingga ke dinding rahimku, rasanya sama seperti saat Mas Hamdi menumpahkan spermanya ketika kami bersenggama. Setelah itu bibir ayah melumati bibir vaginaku, lidahnya mulai masuk dibelahan vaginaku membuat nikmat yang sangat dibagian sensitif itu, aku benar-benar kepayang dibuat ayah. Kini jemari tangan ayah turut menyibaki vaginaku, membukanya lebar dan lidahnya menyapu klitorisku dari atas kebawah dan sebaliknya dari bawah keatas.

"Ouhh.. yah.. suddhh yaahh, Mar mau kencingg rasanya ah.." seluruh sendiku terasa ngilu dan mengembang bersama kedutan kecil didinding vaginaku, aku hampir sampai puncak orgasmeku.
"Iya sayang, sudah selesai kok," lagi-lagi ayah menghentikan aktifitasnya, tapi saat kubuka mata ternyata kali ini tubuh ayah sudah berada diatas tubuhku dengan bertopang pada dua tangannya.
"Yah.. kok ayah begitu? Ouhh yahh.. ahh," belum habis kagetku karena ayah menindih, aku merasakan ada benda keras yang masuk ke vaginaku.

Ternyata ayah sudah melepaskan celananya dan penisnya yang tegang dimasukan ke vaginaku. Aku hendak berontak karena hal itu tabu dikampungku dan dimanapun, bukankah seorang ayah tak boleh melakukan itu pada anak perempuannya. Perang bathin kualami saat itu, aku ingin mendorong tubuh kekar ayahku tetapi aku sudah sangat lemas saat itu. Sementara dorongan birahiku ingin segera terpuaskan dengan senggama bersama lelaki.

"Oohhgg, Mar.. angap saja ayah Hamdi Mar.. ouhh ayahh nggak tahhann," ayah tetap menindihku dan kini pinggulnya mulai naik turun diatas tubuhku membuat penisnya bebas keluar masuk diliang nikmatku yang sudah licin dan becek oleh cairanku sendiri.
"Nghhg.. aahsstt, yahh.." aku tak kuasa lagi menolak penis ayah yang mulai mengobati rasa gatal di vaginaku.

Dengan mata terpejam aku malah ikut menyambut goyangan ayah dengan goyangan pinggulku. Merasa aku tak melawan, ayah pun semakin liar menyetubuhiku, anak kandungnya. Kini sambil menggenjotku, bibir ayah menjelar menghisapi puting susuku, sehingga senggama kami sempurna dan kenikmatan yang kurasakan pun semakin tak tertara bila dibanding senggamaku bersama suami.

Sekalipun usia ayah sudah kepala enam, tetapi kondisi fisiknya masih kuat dan kurasakan penisnya pun masih normal dengan ukuran yang sedikit lebih besar dari punya Mas Hamdi.

"Yahh.. Marr mauu kencinghh yahh uuh..sstt,"

Sepuluh menit berlalu dalam senggama, kurasakan kenikmatan mulai mengumpul di pangkal pahaku, bongkahan pantatku, ujung-ujung jari kakiku, dan juga di liang nikmatku. Kedutan semakin terasa didinding vaginaku, dan akhirnya kurasakan kejang dibagian pinggul sampai kakiku, kakiku kemudian kugunakan untuk menjepit pinggul ayah dan menekannya agar lebih dalam penisnya bersarang di vaginaku. Tanganku memeluk tubuh berkeringat ayah, sementara kepalaku terangkat dengan bibir menyedok kulit dada ayah. Dalam kondisiku yang puncak itu, ayah masih menggejot penisnya beberapa kali sebelum akhirnya
ayaHPun mengejang dan mengerang diatas tubuhku.

"Ahhgg Mar.. ngghh," ayah lalu lunglai dan berbaring disampingku yang juga lemas tak bertenaga. Tulangku seakan dicopoti saat itu, namun kuakui itulah kali pertama aku kepuncak nikmatnya senggama.

Malam itu aku tidur bersama ayahku dirumahnya, dan paginya kami seperti melupakan kejadian itu. Akupun pulang kerumah mertua pagi harinya, dan bersikap seperti biasa saat Mas Hamdi pulang melaut.

*****

Kejadian pertama bersama ayah, membuat aku agak malu untuk datang kerumah ayah lagi. Sudah dua minggu ini aku tidak menjenguk atau mengantarkan makanan untuk ayah. Entahlah, walau sebenarnya aku tak keberatan disetubuhi nikmat oleh ayah, tetapi aku malu kalau disangka ayah ingin mengulangi kenikmatan itu lagi.

Sore itu, sebelum Mas Hamdi melaut seperti biasa ia meminta jatah dilayani kebutuhan biologisnya. Sebagai istri kulayani suamiku semaksimal mungkin. Tapi seperti biasa juga, Mas Hamdi hanya memikirkan kepuasannya saja, dan sudah mengejang menyemprotkan air maninya sebelum aku merasa terangsang, apalagi orgasme.

"Mhh, aku sayang kamu Mar.." Mas Hamdi selalu mengatakan itu sambil mengecup keningku setiap kali usai menikmati klimaks diatas tubuhku, lalu ia mengenakan kembali pakaiannya dan meninggalkanku sendiri dikamar, ia pun melaut bersama teman-temannya.
"Hati-hati Mas..," hanya itu yang kuucapkan melepas pergi suamiku.

Aku tetap berbaring diranjang tanpa mengenakan kembali pakaianku, rasa kecewa terhadap suamiku tumpah lewat air bening yang meluncur ditepian mataku. Aku merasa tersiksa dua minggu ini setiap kali berhubungan intim dengan suamiku, tersiksa karena tak mendapatkan nikmat yang maksimal seperti yang kudapat dari ayahku. Setelah suamiku menhilang dibalik pintu, aku bangkit dan mengunci kembali pintu kamar. Kembali berbaring diranjang tanpa busana, aku menghayalkan kenangan nikmat bersama ayah. Tak terasa tanganku mulai meremasi payudara sendiri, sambil membayangkan ada lelaki yang sedang mencumbuiku, aku pun menjelajahi bagian tubuh sensitifku sendiri. Malam itu aku mencapai orgasmeku dengan masturbasi sambil menghayalkan ayahku, lalu tertidur pulas.

Esoknya, pagi-pagi benar sebelum Mas Hamdi pulang melaut, aku menyiapkan makanan untuk kubawa kerumah ayah. Entahlah, aku ingin sekali kerumah ayah pagi itu.

"Eh kamu Mar.. ayah kira siapa," kata ayah menyambut ketukan pintuku.
"Iya nih yah, bawakan ayah makanan," aku menjawab tanpa mampu menatap mata ayah, aku malu dan jadi canggung pada ayahku sendiri.

Ayah kemudian menyuruhku masuk, dan seperti biasanya aku langsung kedapur untuk memindahkan makanan dirantang yang kubawa kepiring di dapur rumah ayahku.

"Gimana sayang, sudah nggak sakit lagi perutmu?" suara ayah menyapaku, dan aku agak terkejut ketika ayah tiba-tiba sudah mendekap tubuhku dari belakang sambil tangannya mengusapi perutku yang nampak sedikit membuncit dengan usia kehamilan 3 bulan.
"Eh ayah.. Mar sampai kaget. Kadang-kadang masih tuh yah, tapi agak membaik kok setelah dipijit ayah waktu itu," aku bingung harus menjawab apa saat itu.
"Gimana kalau ayah pijit lagi? biar nggak sakit-sakitan perutmu itu," nafas ayah tepat menghembusi tengkukku, membuat aku menahan geli dan merinding.

Sebelum aku menjawab, tangan ayah kurasakan membelai bongkahan pantatku dan mulai menyingkap naik bagian bawah daster yang kupakai pagi itu.

"Enghh ayah.. jangan lagi ah," aku berusaha menepis tangan ayah dan kembali meneruskan kegiatanku merapikan piring di meja dapur ayah. Tapi tangan ayah seperti tak mau pergi, dari belakang itu ayah malah memasukan tangannya kebalik dasterku dan mengusapi bongkahan pantatku, sesekali meremasinya.

"Ya sudah, kalau nggak mau dipijitin dikamar, ayah pijitin disini saja ya. Kamu kan bisa sambil rapikan piring itu," ayah semakin berani menyusupkan tangannya kebalik CD ku, sehingga kini tangan kasarnya mengusapi pantatku tanpa penghalang. Saat tangan ayah langusng menyentuh kulit pantatku secara langsung, aku merasakan desiran aneh yang kemudian memacu libidoku.
Kucoba menahan desiran itu dan tetap merapikan makanan diatas meja dapur, tetapi aku tak lagi menepis aktifitas ayah, aku membiarkan ayah berbuat semaunya.

"Asshtt yah.. janganhh geli yah," aku menggelinjang saat bibir ayah mengecup tengkukku, tapi aku tak mampu menghindarinya.
"Kamu merunduk diatas meja ya sayang, tenang saja.. supaya perutmu cepat sembuh, ayah pijitin sambil berdiri ya," ayah menekan bahuku dari belakang sehingga posisi tubuhku merunduk dengan kedua tangan menopang dibibir meja.

Penasaran juga apa yang akan ayah lakukan, aku pun tak bisa menjawab selain mengikuti perintah ayah itu. Kini pekerjaan merapikan piring sudah tidak ada lagi, yang ada aku merunduk pasrah di meja itu, menunggu apa yang akan ayah lakukan selanjutnya.

Bersambung ke bagian 2

Kasih Sayang Ibu Mertuaku

Di rumah itu kami tinggal bertiga, aku dengan istriku dan Ibu dari istriku. Sering aku pulang lebih dulu dari istriku, karena aku pulang naik kereta sedangkan istriku naik kendaraan umum. Jadi sering pula aku berdua di rumah dengan mertuaku sampai dengan istriku pulang. Mertuaku berumur sekitar kurang lebih 45 tahun, tetapi dia mampu merawat tubuhnya dengan baik, aktif dengan kegiatan sosial dan bersenam bersama Ibu-Ibu yang lainnya. Kadang sering kulihat Ibu mertuaku pakai baju tidur tipis dan tanpa BH, melihat bentuk tubuhnya yang masih lumayan dengan kulitnya yang putih membuatku kadang bisa hilang akal sehat. Pernah suatu hari, selesai Ibu mertua selesai mandi hanya menggunakan sehelai handuk yang dililitkan ke badannya. Gak lama dia keluar kamar mandi telpon berdering, sesampai dekat telpon ternyata Ibu mertuaku sudah mengangkatnya, dari belakang kulihat bentuk pangkal pahanya sampai ke bawah kakinya begitu bersih tanpa ada bekas goresan sedikitpun.

Aku tertegun diam melihat kaki Ibu mertuaku, dalam hati berpikir "Kok, udah tua begini masih mulus aja ya..?".
Aku terhentak kaget begitu Ibu mertuaku menaruh gagang telpon, dan aku langsung berhambur masuk kamar, ambil handuk dan mandi. Selesai mandi aku membuat kopi dan langsung duduk di depan TV nonton acara yang lumayan untuk ditonton. Gak lama Ibu mertuaku nyusul ikutan nonton sambil ngobrol denganku.
"Bagaimana kerjaanmu, baik-baik saja" tanya Ibu mertuaku.
"Baik, Bu. Lho Ibu sendiri gimana" tanyaku kembali.
Kami ngobrol sampai istriku datang dan ikut gabung ngobrol dengan kira berdua.

*****

Malam itu, jam 11.30 malam aku keluar kamar untuk minum, kulihat TV masih menyala dan kulihat Ibu mertuaku tertidur di depan TV. Rok Ibu mertuaku tersibak sampai celana dalamnya kelihatan sedikit. Kulihat kakinya begitu mulus, kuintip roknya dan terlihatlah gumpalan daging yang ditutupi celana dalamnya. Pengen banget rasanya kupegang dan kuremas vagina Ibu mertuaku itu, tetapi buru-buru aku ke dapur ambil minum lalu membawa ke kamar. Sebelum masuk kamar sambil berjalan pelan kulirik Ibu mertuaku sekali lagi dan burungku langsung ikut bereaksi pelan. Aku masuk kamar dan coba mengusir pikiranku yang mulai kerasukan ini. Aku telat bangun, kulihat istriku sudah tidak ada. Langsung aku berlari ke kamar mandi, selesai mandi sambil mengeringkan rambut yang basah aku berjalan pelan dan tanpa sengaja kulihat Ibu mertuaku berganti baju di kamarnya tanpa menutup pintu kamar. Aku kembali diam tertegun menatap keseluruhan bentuk tubuh Ibu mertuaku. Cuma sebentar aku masuk kamar, berganti pakaian kerja dan segera berangkat.

*****

Hari ini aku pulang cepat, di kantor juga nggak ada lagi kerjaan yang aku harus kerjakan. Sampai di rumah aku langsung mandi, membuat kopi dan duduk di pinggir kolam ikan. Sedang asyik ngeliatin ikan tiba-tiba kudengar suara teriakan, aku berlari menuju suara teriakan yang berasal dari kamar Ibu mertuaku. Langsung tanpa pikir panjang kubuka pintu kamar.
Kulihat Ibu mertuaku berdiri diatas kasur sambil teriak "Awas tikusnya keluar..!" tandas Ibu mertuaku.
"Mana ada tikus" gumanku.
"Lho.. kok pintunya dibuka terus" Ibu mertuaku kembali menegaskan.
Sambil kututup pintu kamar kubilang "Mana.. mana tikusnya..!".
"Coba kamu lihat dibawah kasur atau disudut sana.." kata Ibu mertuaku sambil menunjuk meja riasnya.

Kuangkat seprei kasur dan memang tikus kecil mencuit sambil melompat kearahku. Aku ikut kaget dan lompat ke kasur.
Ibu mertuaku tertawa kecil melihat tingkahku dan mengatakan "Kamu takut juga ya?".
Sambil berguman kecil kembali kucari tikus kecil itu dan sesekali melirik ke arah Ibu mertuaku yang sedang memegangi rok dan terangkat itu. Lagi enak-enaknya mencari tiba-tiba Ibu mertuaku kembali teriak dan melompat kearahku, ternyata tikusnya ada di atas kasur. Ibu mertuaku mendekapku dari belakang, bisa kurasakan payudaranya menempel di punggungku, hangat dan terasa kenyal-kenyal. Kuambil kertas dan kutangkap tikus yang udah mulai kecapaian itu trus kubuang keluar.

"Udah dibuang keluar belum?" tanya Ibu mertuaku.
"Sudah, Bu." jawabku.
"Kamu periksa lagi, mungkin masih ada yang lain.. soalnya Ibu dengar suara tikusnya ada dua" tegas Ibu mertuaku.
"walah, tikus maen pake ajak temen segala!" gumamku.
Aku kembali masuk ke kamar dan kembali mengendus-endus dimana temennya itu tikus seperti yang dibilang Ibu mertuaku.
Ibu mertuaku duduk diatas kasur sedangkan aku sibuk mencari, begitu mencari di bawah kasur sepertinya tanganku ada yang meraba-raba diatas kasur. Aku kaget dan kesentak tanganku, ternyata tangan Ibu mertuaku yang merabanya, aku pikir temennya tikus tadi. Ibu mertuaku tersenyum dan kembali meraba tangaku. Aku memandang aneh kejadian itu, kubiarkan dia merabanya terus.

"Gak ada tikus lagi, Bu..!" kataku.
Tanpa berkata apapun Ibu mertuaku turun dari kasur dan langsung memelukku. Aku kaget dan panas dingin.
Dalam hati aku berkata "Kenapa nih orang?".
Rambutku dibelai, diusap seperti seorang anak. Dipeluknya ku erat-erat seperti takut kehilangan.
"Ibu kenapa?" tanyaku.
"Ah.. nggak! Ibu cuma mau membelai kamu" jawabnya.
"Udah ya.. Bu, belai-belainya..!" kataku.
"Kenapa, kamu nggak suka dibelai sama Ibu" jawab Ibu mertuaku.
"Bukan nggak suka, Bu. Cumakan..?" tanyaku lagi.
"Cuma apa, ayo.. cuma apa..!?" potong Ibu mertuaku.
Aku diam saja, dalam hati biar sajalah nggak ada ruginya kok dibelai sama dia.

Ibu mertuaku terus membelaiku, rambut trus turun ke leher sambil dicium kecil. Aku merinding menahan geli, Ibu mertuaku terus bergerilya menyusuri tubuhku. Kaosku diangkat dan dibukanya, pentil dadaku dipegang, diusap dan dicium. Kudengar nafas Ibu mertuaku makin nggak beraturan. Dituntunnya aku keatas ranjang, mulailah pikiranku melanglang buana.
Dalam hati aku berpikir "Jangan-jangan Ibu mertuaku lagi kesepian dan minta disayang-sayang ama laki-laki".
Aku tidak berani bertindak atau ikut melakukan seperti Ibu mertuaku lakukan kepada saya. Aku diatas ranjang dengan posisi terlentang, kulihat Ibu mertuaku terus masih mengusap-usap dada dan bagian perutku.
Dicium dan terus dielus, aku menggelinjang pelan dan berkata "Bu, sudah ya..".
Dia diam saja dan tangan kananya masuk ke dalam celanaku, aku merengkuh pelan. Tangan kirinya berusaha untuk menurunkan celana pendekku. Aku beringsut untuk membantu menurunkan celana pendekku, tidak lama celanaku sudah lepas berikut celana dalamku.

Burungku sudah berdiri kencang, tangan kanan Ibu mertuaku masih memegang burungku dan menoleh kepadaku sambil tersenyum mesum. Kepala burungku diciumnya, tangan kirinya memijit bijiku, aku nggak tahan dengan gerakan yang dibuat Ibu mertuaku.
"Ah, ah.. hhmmh, teruss.." itu saja yang keluar dari mulutku.
Ibu mertuaku terus melanjutkan permainannya dengan mengulum burungku. Aku benar-benar terbuai dengan kelembutan yang diberikan Ibu mertuaku kepadaku. Kupegang kepala Ibu mertuaku yang bergerak naik turun. Bibirnya benar-benar lembut, gerakan kulumannya begitu pelan dan teratur. Aku merasa seperti disayang, dicintai dengan Ibu mertuaku.
"Ah, Bu.. aku nggak tahan lagi Bu.." jelasku.
"Hhmm.. mmh, heh.." suara Ibu mertuaku menjawabku.

Gerakan kepala Ibu mertuaku masih pelan dan teratur. Aku makin menggelinjang dibuatnya. Badanku menekuk, meliuk dan bergetar-getar menahan gejolak yang tak tahan kurasakan. Dan tak lama badanku mengejang keras. Kurasakan nikmat yang amat sangat kurasakan, kulihat Ibu mertuaku masih bergerak pelan, bibirnya masih menelan burungku dengan kedua tangannya yang memegang batang burungku. Dia melihatku dengan tatapan sayunya dan kemudian kembali menciumi burungku, geli yang kurasakan sampai ke ubun-ubun kepala.
"Banyak banget kamu keluarnya, Do..!" tanyaku Ibu mertuaku.
Aku terdiam lemas sambil melihat Ibu mertuaku datang menghampiriku dan memelukku dengan mesra. Aku balas pelukannya dan kucium dahinya. Kubantu dia membersihkan mulutnya yang masih penuh spremaku dengan menggunakan kaosku tadi. Aku duduk diranjang, telanjang bulat dan menghisap rokok. Sedang Ibu mertuaku, tiduran dekat dengan burungku.

"Kenapa jadi begini, Bu..?" tanyaku.
"Ibu cuma pengen aja kok.." jawab Ibu mertuaku.
Aku belai rambutnya dan kuelus-elus dia sambil berkata "Ibu mau juga.?".
Dia menggangguk pelan, kumatikan rokokku dan terus kucium bibir Ibu mertuaku. Dia balas ciumanku dengan mesra, aku melihat tipe Ibu mertuaku bukanlah tipe yang haus akan seks, dia haus akan kasih sayang. Berhubungan badanpun sepertinya senang yang pelan-pelan bukannya seperti srigala lagi musim kawin. Aku ikut pola permainan Ibu mertuaku, pelan-pelan kucium dia mulai dari bibirnya terus ke bagian leher dan belakang kupingnya, dari situ aku ciumi terus ke arah dadanya.

Kubantu dia membukakan pakaiannya, kulepas semua pakaiannya. Kali ini aku benar-benar melihat semuanya, payaudaranya masih sedikit mengencang, badannya masih bersih untuk seumurannya, kakinya masih bagus karena sering senam dengan teman-teman arisannya. Kuraba dan kuusap semua badannya dari pangkap paha sampai ke payudaranya. Aku kembali ciumi dia dengan pelan dan beraturan. Payudaranya kupegang, kuremas pelan dan lembut, kucium putingnya dan kudengar desahan nafasnya. Kunikmati dengan pelan seluruh bentuk tubuhnya dengan mencium dan membelai setiap inchi bagian tubuhnya. Puas di dada aku terus menyusuri bagian perutnya, kujilati perutnya serta memainkan ujung lidahku dengan putaran lembut membuat dia kejang-kejang kecil. Tangannya terus meremas dan menjambak rambutku. Sampai akhirnya bibirku mencium daerah berbulu miliknya, kucium aroma vaginanya serta kujilati bibir vaginanya.

"Oucchh.. terus sayang, kamu lembut sekali.. tee.. teruss.." kudengar suaranya pelan.
Kumainkan ujung lidahku menyusuri dinding vaginanya, kadang masuk kadang menjilat membuat dia seperti ujung kenikmatan luar biasa. Kemudian ditariknya kepalaku dan melumat bibirku dengan panas. Dia kembali menidurkan aku dan terus dia menaikiku. Dipegangnya kembali burungku yang sudah kembali siap menyerang. Diarahkan burungku ke lobang vaginanya dan slepp.. masuk sudah seluruh batangku ditelan vagina Ibu mertuaku. Diangkat dan digoyang memutar-mutar vaginanya untuk mendapatkan kenikmatan yang dia inginkan.

"Ah.. uh, nikmat banget ya..!" kata Ibu mertuaku.
Dengan gerakan seperti itu tak lepas kuremas payudaranya dengan pelan sesekali kucium dan kujilat.
"Aduh, Ibu nggak tahan lagi sayang.." kata Ibu mertuaku.
Aku coba ikut membantu dia untuk mendapatkan kepuasan yang dulu mungkin pernah dia rasakan sebelum denganku. Gerakannya makin cepat dari sebelumnya, dan dia berhenti sambil mendekapku kembali. Kurangkul dia dan terus menggoyangkan batang burungku yang masih didalam dengan naik turun.
"Ahh.. ah.. ahhss.." desah Ibu mertuaku.
Kupeluk dia sambil kuciumi bibirnya. Dia diam dan tetap diatas dalam dekapanku.
"Enak ya.. Bu. Mau lagi..?" tanyaku.
Dia menoleh tersenyum sambil telunjuknya mencoel ujung hidungku.
"Kenapa? Kamu mau lagi?" canda Ibu mertuaku.

Tanpa banyak cerita kumulai lagi gerakan-gerakan panas, kuangkat Ibu mertuaku dan aku menidurkan sambil menciumnya kembali. Kutuntun dia untuk bermain di posisi yang lain. Kuajak dia berdiri di samping ranjangnya. Sepertinya dia bingung mau diapain. Tetapi untuk menutupi kebingunggannya kucium tengkuk lehernya dan menjilati kupingnya. Kuputar badannya untuk membelakangiku, kurangkul dia dari belakang. Tangan kanannya memegang batang burungku sambil mengocoknya pelan. Kuangkat kaki kanannya dan terus kupegangi kakinya. Sepertinya dia mengerti bagaimana kita akan bermain. Tangan kanannya menuntun burungku ke arah vaginanya, pelan dan pasti kumasukkan batang burungku dan masuk dengan lembut. Ibu mertuaku merengkuh nikmat, kutarik dan kudorong pelan burungku sambil mengikuti gerakan pantat yang diputar-putar Ibu mertuaku. Kutambah kecepatan gerakanku pelan-pelan, masuk keluar dan makin kepeluk Ibu mertuaku dengan dekapan dan ciuman di tengkuk lehernya.

"Ah.. ah.. Dod.. Dodo, kammuu..!" suara Ibu mertuaku pelan kudengar.
"Ibu keluar lagi.. Do.." kata Ibu mertuaku.
Makin kutambah kecepatan sodokan batangku dan.., "Acchh.." Ibu mertuaku berteriak kecil sambil kupeluk dia. Tubuhnya bergetar lemas dan langsung jatuh ke kasur. Kubalik tubuhnya dan kembali kumasukkan burungku ke vaginanya. Dia memelukku dan menjepit pinggangku dengan kedua kakinya. Kuayun pantatku naik turun membuat Ibu mertuaku makin meringkih kegelian.
"Ayo Dodo, kamu lama banget sih.. Ibu geli banget nih.." kata Ibu mertuaku.
"Dikit lagi, Bu..!" sahutku.

Ibu mertuaku membantu dengan menambah gerakan erotisnya. Kurasakan kenikmatan itu datang tak lama lagi. Tubuhku bergetar dan menegang sementara Ibu mertuaku memutar pantatnya dengan cepat. Kuhamburkan seluruh cairanku ke dalam vaginanya.
"Ahhcckk.. ahhk.. aduhh.. nikmatnya" kataku.
Ibu mertuaku memelukku dengan kencang tapi lembut.
"Waduh banyak juga kayaknya kamu keluarkan cairanmu untuk Ibu.." kata Ibu mertuaku.
Aku terkulai lemas dan tak berdaya disamping Ibu mertuaku. Tangan Ibu mertuaku memegang batang burungku sambil memainkan sisa cairan di ujung batang burungku. Aku kegelian begitu tangan Ibu mertuaku negusap kepala burungku yang sudah kembali menciut. Kucium bibir Ibu mertuaku pelan dan terus keluar kamar terus mandi lagi.

*****

Semenjak hari itu aku sering mengingat kejadian itu. Sudah empat hari Ibu mertuaku pergi dengan teman-temannya acara jalan-jalan dengan koperasi Ibu-Ibu di daerah itu. Jam 05.00 sore aku sudah ada di rumah, kulihat rumah sepi seperti biasanya.
Sebelum masuk ke kamar tidurku kulihat kamar mandi ada yang mandi, aku bertanya "Siapa didalam?".
"Ibu! Kamu sudah pulang Do.." balas Ibu mertuaku.
"O, iya. Kapan sampainya Bu?" tanyaku lagi sambil masuk kamar.
"Baru setengah jam sampai!" jawab Ibu mertuaku.

Kuganti pakaianku dengan pakaian rumah, celana pendek dan kaos oblong. Aku berjalan hendak mengambil handukku untuk mandi. Begitu handuk sudah kuambil aku berjalan lagi ke kamar mau tidur-tiduran dulu sebelum mandi. Lewat pintu kamar mandi kulihat Ibu mertuaku keluar kamar mandi dengan menggunakan handuk yang dililitkan ke badannya. Aku menunduk coba untuk tidak melihatnya, tetapi dia sengaja malah menubrukku.
"Kamu mau mandi ya?" tanya Ibu mertuaku.
"Iya, emang Ibu mau mandi lagi"? candaku.
Dia langsung peluk aku dan cium pipi kananku sambil berbisik dia katakan "Mau Ibu mandiin nggak!".
"Eh, Ibu. Emang bayi pake dimandiin segala" balasku.
"Ayo sini.. biar bersih mandinya.." jawab Ibu mertuaku sambil menarikku ke kamar mandi.

Sampai kamar mandi aku taruh handukku sedangkan Ibu mertuaku membantu melapaskan bajuku. Sekarang aku telanjang bulat, dan langsung mengguyur badanku dengan air. Ibu mertuaku melepaksan handuknya dan kita sudah benar-benar telanjang bulat bersama. Burungku mulai naik pelan-pelan melihat suasana yang seperti itu.
"Eh, belum diapa-apain sudah berdiri?" kata Ibu mertuaku sambil nyubit kecil di burungku.
Aku mengisut malu-malu diperlakukan seperti itu. Kuambil sabun dan kugosok badanku dengan sabun mandi. Kita bercerita-cerita tentang hal-hal yang kita lakukan beberapa hari ini. Si Ibu bercerita tentang teman-temannya sedangkan aku bercerita tentang pekerjaan dan lingkungan kantorku. Ibu mertuaku terus menyabuni aku dengan lembut, sepertinya dia lakukan benar-benar ingin membuatku mandi kali ini bersih. Aku terus saja bercerita, Ibu mertuaku terus menyabuni aku sampai ke pelosok-pelosok tubuhku. Burungku dipegangnya dan disabuni dengan hati-hati dan lembut.

Selesai disabun aku guyur kembali badanku dan sudah itu mengeringkannya dengan handuk. Begitu mau pakai celana Ibu mertuaku melarang dengan menggelengkan kepalanya. Aku lilitkan handukku dan kemudian ditariknya tanganku ke kamar tidur Ibu mertuaku. Sampai di kamar aku didorongnya ke kasur dan segera dia menutup pintu kamarnya. Aku tersenyum melihatnya seperti itu, dia lepaskan handuk di badannya dan di badanku. Burungku memang sudah hampir total berdiri. Selepasnya handukku dia langsung mengulum burungku, aku terdiam melihatnya bergairah seperti itu. Cuma sebentar dia ciumi burungku, langsung dia menaikku dan memasukkan burungku ke vaginanya. Dalam hati aku berpikir kalau Ibu mertuaku memang sudah kangen banget melakukannya lagi denganku. Dia angkat dan dia turunkan pantatnya dengan gerakan yang stabil. aku pegang dan remas-remas payudaranya membuat dia seperti terbang keawang-awang.

Gerakannya makin cepat dan bersuara dengan pelan "Oh.. oh,.ahcch..".
Dan tak lama kemudian badannya menegang kencang dan jatuh ke pelukkanku.
Kupeluk dia erat-erat sambil mengatakan "Waduh.. enak banget ya?".
"He-eh, enak" balasnya.
"Emang ngeliat siapa disana sampai begini?" tanyaku.
"Ah, nggak ngeliat siapa-siapa, cuma kangen aja.." balas Ibu mertaku.
Kali ini aku kembali bergerak, kuciumi dia terlebih dahulu sambil kuremas payudaranya. Kubuat dia mendesah geli dan kubangkitkan lagi gairahnya kembali. Sampai di daerah vaginanya, kujilati dinding vaginanya sambil memainkan lobang vaginanya. Ibu mertuaku kadang merapatkan kakinya mendekapkan wajahku untuk masuk ke vaginanya.

"Ayo ah.. kamu ngebuat Ibu gila nanti" kata Ibu mertuaku.
Aku beranjak berdiri dan menidurnya sambil mengarahkan burungku masuk ke dalam vaginanya. Pelan-pelan aku goyangkan burungku, kadang kutekan pelan dengan irama-irama lembut. Tak lama masuk sudah burungku ke dalam dan Ibu mertuaku mendesis kayak ular cobra. Kugoyang pantatku, kunaikkan dan kutekan kembali burungku masuk ke dalam vaginanya. Aku terus bergerak monoton dengan ciuman-ciuman sayang ke arah bibir Ibu mertuaku. Ibu mertuaku hanya mengeluarkan desahan-desahan dengan matanya yang merem melek. Kulihat dia begitu nikmat merasakan burungku ada dalam vaginanya. Dia jepit pinggangku dengan kedua kakinya untuk membantuku menekan batang burungku yang sedari tadi masih terus mengocok lobang vaginanya.
"Aku nggak kuat, Do.." desah ibu mertuaku.
Aku semakin menambah kecepatan gerakanku apalagi setelah Ibu mertuaku memintaku untuk keluar berbarengan, aku menggeliat menambah erotis gerakanku.
"Acchh.. sshh.. ah.. oh" desah Ibu dengan dibarengi pelukannya yang kencang ke badanku.

Tiba-tiba kurasakan cairanku ikut keluar dan terus keluar masuk ke dalam vagina Ibu mertuaku. Aku benar-benar puas dibuat Ibu mertuaku, sepertinya cairanku benar-benar banyak keluar dam membasahi lubang dan dinding vagina Ibu mertuaku. Ibu mertuaku masih memelukku erat dan menciumi leherku dengan kelembutan. Aku beranjak bangun dan mencabut batang burungku, kulihat banyak cairan yang keluar dari lobang vagina Ibu mertuaku.
"Mungkin nggak ketampung makanya tumpah", kataku dalam hati.
Aku pamit dan langsung ke kamar mandi membersihkan badan serta burungku yang penuh dengan keringat serta sisa sperma di batangku.

*****

Itulah terakhir kali kami melakukan perbuatan itu bersama. Sebenarnya aku berusaha untuk menghindar, tetapi kita hanyalah manusia biasa yang terlalu mudah tergoda dengan hal itu. Ibu mertuaku pindah ke rumah anaknya yang sulung, aku tahu maksud dan tujuannya. Tetapi istriku tidak menerimanya dan berprasangka bahwa istriku tidak mampu menjaga ibunya yang satu itu

Fantasi Di Akhir Pekan

Aku dan istriku tak pernah memiliki apa yang anda biasa sebut dengan kehidupan seks yang menarik. Saat kami melakukan seks, biasanya hanya dalam posisi yang wajar saja. Irama kehidupan seks kami yang boleh kukatakan membosankan itulah, aku mulai berfantasi tentang 'hal dan orang lain'. Untuk bahan fantasiku, aku membiasakan menonton film porno di malam hari setelah semua orang di rumah tidur.

Yang mengejutkanku, kebanyakan film porno itu selalu melibatkan seorang gadis muda. Dalam usia kepala tiga, aku tak pernah memikirkan wanita yang lebih muda sampai aku menyaksikan film-film itu. Aku sadar kalau ternyata gadis-gadis muda sangatlah panas.

Hal lain yang menarik perhatianku adalah kenyataan kalau permainan lesbian sangat populer. Aku mulai tertarik dengan gadis muda yang mencumbui vagina gadis muda lainnya yang lembut, basah, dan biasanya tak berambut.

Melihat film-film itu untuk berfantasi mulai mengubah kehidupanku. Aku mempunyai tiga orang anak gadis yang beranjak remaja. Aku mulai memperhatikan mereka, kulihat cara mereka berpakaian, cara jalannya, dan segala tingkah laku mereka. Mereka menjadi obsesiku sendiri! Kuamati lebih detil saat mereka bangun pagi untuk melihat putingnya yang mengeras di balik pakaian tidur mereka. Kunikmati puting mereka yang terayun saat mereka berjalan-jalan dalam rumah. Aku terus mengamati mereka sampai semuanya beranjak menjadi seorang gadis muda yang sempurna.

Yang tertua adalah Irma. Dia mempunyai puting yang paling besar, branya mungkin D-cup atau lebih besar. Dia sesungguhnya tak terlalu cantik, tapi enak dipandang. Aku yakin teman-teman cowoknya banyak yang memperhatikan dadanya. Irma juga mempunya pantat yang kencang dan besar. Tapi meskipun dia yang paling tua di antara saudara-saudaranya, dia sering bertingkah seperti gadis berusia separuh umurnya.

Yang paling muda Tia. Tia mungkin yang paling cantik di antara ketiganya. Masalahnya adalah dia pemalas, hanya duduk dan tak mengerjakan apa pun sepanjang waktu. Jadi pantatnya menjadi melebar..? Putingnya baru mulai tumbuh. Dan di samping itu dia tomboy, aku jadi mempertanyakan jenis kelaminnya. Dia lebih suka berada di antara cowok daripada cewek.

Eva yang di tengah, di antara anak-anakku, bentuk tubuhnya lah yang terbagus. Bagiku, dia mempunyai tubuh dalam fantasiku. Dia memiliki tubuh yang sempurna dengan bra B-cupnya, atau C-cup kecil. Rambutnya yang panjang hingga melewati bahunya, dan matanya selalu nampak mempesona. Masalahnya dia yang paling bandel. Selalu membuat masalah. Dia juga sadar kalau dia punya tubuh yang bagus dan selalu memakai pakaian yang memperlihatkan hal itu. Di antara anak-anakku, Eva lah yang jadi bahan fantasi utamaku. Setiap kali aku menyetubuhi istriku, Eva lah yang ada dalam benakku!

Kisah ini bermula dengan Irma dan temannya Cindy. Cindy setahun lebih muda, tapi mereka sangat akrab. Cindy selalu menginap di rumah kami setidaknya sekali sebulan. Cindy sangat kurus, dadanya kecil, tapi sangat manis.

*****

Suatu malam saat Cindy menginap, aku mulai melihat film porno seperti biasa. Suaranya kumatikan jadi aku dapat mendengar kalau ada orang yang mendekat. Lagipula aku dengar suara berisik dari kamar Irma. Kupikir mereka sedang sibuk dengan urusan gadis remaja dan begadang sampai pagi ngomongin tentang cowok dan sekolah, atau apapun yang menjadi urusan gadis seusia mereka. Entah bagaimana suara yang kudengar tak lagi seperti orang yang sedang ngobrol. Kadang kudengar suara erangan.. Yang lama-lama cukup keras juga.

Aku mendekat ke pintu kamar Irma dan lebih mendengarkan apa yang tengah terjadi. Dan benar! Itu suara erangan dan cukup berisik! Kalau saja pintunya tak tertutup pasti kedengaran sampai luar dengan jelas. Lalu aku dengar teriakan kenikmatan.

Kudorong pintunya sedikit terbuka. Apa yang kulihat didalam sangat mengejutkanku. Cindy dan Irma berbaring di lantai dengan Tia diantara mereka. Kepala Cindy berada diantara paha Irma dan kepala Tia ada di sela paha Irma..

Setelah mataku dapat menyesuaikan dengan kegelapan kamar itu, kulihat dada Irma bergerak naik turun dengan cepat karena nafasnya. Putingnya ternyata lebih besar dari yang kubayangkan. Tangannya memelintir putingnya sendiri saat Cindy menjilati kelentitnya dan dua jarinya yang terbenam pada vagina Irma. Mata Irma terpejam dalam kenikmatan yang diberikan Cindy.

Aku terus memperhatikan mereka hingga paha Irma mencengkeram kepala Cindy dan terlihat sepertinya dia akan 'memecahkan' putingnya sendiri saat dia mendapatkan orgasmenya pada wajah Cindy. Kelihatannya Cindy juga telah orgasme dalam waktu yang sama, karena dia mengangkatkan kepalanya dari paha Irma dengan cairan vagina yang menetes jatuh di pipinya seiring dengan tubuhnya yang mengejang dan kudengar sebuah umpatan keluar dari bibirnya. Aku terkejut mundur saat kurasakan ada tubuh yang menekan punggungku. Saat kutengok, kulihat Eva sedang berdiri di depanku. Eva memandangku dengan mata indahnya dan bertanya..

"Apa Papa menikmatinya?" lalu dia melihat ke bawah dan meremas penisku yang sudah keras.
"Tak perlu dijawab, aku bisa lihat dan rasa Papa menikmatinya."
"Kenapa Papa tak lepas saja celana Papa dan bergabung dengan kami?" tanyanya bersamaan dengan tangannya yang bergerak masuk dalam celanaku dan mulai meremas penisku dengan pelan.

Dan sepertinya aku tak menginginkan hal lain selain ikut bergabung dengan anak-anakku, tapi..

"Papa nggak bisa, Mama kalian akan membunuh Papa." Aku dengar suara Irma saat aku mulai menjauhi mereka.
"Papa nggak tahu apa yang Papa lewatkan!"

Sedihnya, aku tahu apa yang telah kulewatkan. Aku telah melewatkan kesempatan untuk mendapatkan tak hanya satu, tapi empat gadis muda yang panas. Fantasiku hampir saja jadi nyata.

Aku pergi ke kamarku dan berbaring disamping isteriku. Biasanya saat aku dan isteriku melakukan hubungan seks terasa hambar. Kali ini saat aku merangkak ke atas tubuhnya, kusetubuhi dia dengan keras dan cepat. Aku keluar dalam beberapa menit saja, baru saja kukeluarkan penisku..

"Bagaimana denganku?" kudengar isteriku bertanya dan memegang penisku yang masih keras.

Dia bergerak naik di atasku dan segera memasukkan kembali penisku dalam vaginanya. Ini pertama kalinya dia berinisiatif. Dan kupikir ini juga pertama kalinya dia di atas. Isteriku bergerak naik turun dan dapat kurasakan tangannya yang mempermainkan kelentitnya saat dia bergerak diatasku.

Melihat isteriku yang berusaha meraih orgasmenya membuatku terangsang kembali. Kuremas payudarnya, kubayangkan yang berada dalam genggamanku adalah milik Irma. Kupelintir putingnya diantara jariku, keras dan lebih keras lagi, tak mungkin menghentikan aku. Dia menggelinjang kegelian, tangannya semakin menekan kelentitnya. Ini pertama kalinya kurasakan cairan vagina isteriku menyemprot padaku. Orgasmenya kali ini terhebat dari yang pernah didapatkannya. Aku jadi berpikir apa dia benar-benar puas dengan kehidupan seks kami sebelumnya.

Isteriku mulai melemah. Aku belum keluar kali ini, jadi kugulingkan tubuhnya kesamping dan segera menindihnya. Langsung kuhisap putingnya dengan bernafsu. Kusetubuhi dia dengan kekuatan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Aku mulai merasakan orgasmeku akan segera meledak. Saat puncakku semakin dekat, kugigit putingnya sedikit lebih keras, yang membawanya pada orgasmenya. Dan saat kurasakan dinding vaginanya berkontraksi pada penisku, kutembakkan spermaku jauh didalam tubuhnya untuk kedua kalinya dalam tiga puluh menit ini. Kuturunkan tubuhku dari atasnya.

"Tadi sungguh hebat" kata isteriku.
"Seharusnya kamu lebih sering seperti tadi."

*****

Saat aku bangun keesokan harinya, isteriku sudah tak ada di sampingku. Tiba-tiba kejadian tadi malam kembali terbayang. Kupejamkan mataku menikmatinya dan tanganku bergerak kebawah mulai mengocok penisku yang mengeras. Aku hampir saja mendapatkan orgasmeku saat kudengar..

"Kenapa Papa tak membiarkan kami saja yang melakukan untuk Papa?"

Kubuka mataku segera dan terkejut saat melihat Irma dan Cindy berdiri di pintu kamarku. Orgasmeku tak dapat kucegah seiring dengan bayangan wajah Cindy yang belepotan dengan cairannya Irma yang melintas di benakku.

"Ups, terlambat!" kata Irma saat mereka meninggalkan kamar.

Aku langsung bangkit dan segera mandi. Aku hampir selesai mandi saat tiba-tiba isteriku membuka pintu kamar mandi dan menyelinap masuk.

"Anak-anak sudah pergi. Ayo bersenang-senang."

Isteriku berjongkok di depanku dan memasukkan penisku yang masih loyo ke mulutnya. Penisku mulai membesar dalam mulutnya karena rangsangan lidahnya yang bergerak liar. Penisku makin membesar dan kurasakan kepala penisku meluncur masuk ke tenggorokannya. Dia tak menariknya keluar dan bibirnya semakin ditekankan ke rambut kemaluanku. Lalu kurasakan dia mulai menelan, gerakan tenggorokannya serasa ombak hangat yang basah pada penisku. Dan hal ini pertama kalinya bagi kami juga. Rasanya sungguh dahsyat, sesuatu yang belum pernah kualami. Isteriku mempunyai keahlian yang disembunyikan dariku.

Pelan-pelan dikeluarkannya penisku dari tenggorokannya lalu dimasukkannya lagi seluruhnya. Dia menatapku dengan penisku yang terkubur dalam mulutnya dan dengan pelan dikeluarkannya lagi.

"Kamu menyukainya sayang?" tanyanya.

Sebelum aku dapat menjawabnya dia melakukan hal itu lagi, menelanku seluruhnya. Dia mulai menggerakkanya keluar masuk dalam mulutnya, dan tetap memandangku saat dia melakukan itu. Isteriku mulai menaikkan temponya hingga aku tak dapat menahannya lebih lama lagi saat tiba-tiba dia berhenti..

"Hei, hei, tunggu dulu bung. Belum waktunya. Lubangku yang lain perlu dimasuki, tahu." katanya.

Isteriku berdiri dan berputar. Dia membungkuk di depanku, merapatkan pantatnya padaku. Penisku terjepit di lubang anusnya maka kuarahkan pada vaginanya.

"Siapa suruh mengalihkan senjatamu?" tanyanya.
"Kembalikan ke tempat semula!"

Dia meraihnya dan lalu mengembalikan penisku ke anusnya, sesuatu yang pernah kulakukan sebelumnya, tapi tidak dengannya. Pelan-pelan dia mendorong pantatnya ke belakang. Kulihat barangku jadi bengkok karena tekanan itu, kepala penisku mulai membelah lubang anusnya, tapi belum masuk. Kemudian tiba-tiba masuk begitu saja, hanya kepalanya saja.

Dia mengerang. Lalu, dia terus menekan ke belakang dan memperhatikan aku memasukkan batang penisku seluruhnya. Aku tak dapat menolak rangsangan ini, kuraih pinggangnya dan mendorong lebih keras lagi untuk memastikan aku telah memasukinya seutuhnya. Kuputar pinggangku, memastikan dia dapat merasakan setiap mili senjataku didalamnya, aku terpukau akan pemandangan penisku yang terkubur dalam lubang anusnya. Lalu perlahan aku bergerak mundur.

Saat hampir seluruhnya keluar kemudian kutekan lagi ke depan. Berikutnya aku benar-benar keluarkan penisku dan menggodanya, mengoleskan kepalanya saja pada lubang anusnya. Lalu benar-benar kusingkirkan menjauh dan melesakkan batang penisku kembali kedalam lubang anusnya. Aku bergerak maju mundur dengan cepat. Pelan, cepat, pelan dan keras. Tak terlalu lama orgasmeku mulai naik. Dia pasti dapat merasakannya karena dia mulai memainkan tangannya pada vaginanya, berusaha untuk meraih orgasmenya sendiri. Untung saja dia mendapatkannya sebelum aku.

Saat kurasakan orgasmenya segera meledak, aku bergerak semakin liar. Pantatnya bergoyang dalam setiap hentakan. Dia mulai mengerang dengan keras seiring hentakanku terhadapnya. Tak kuhentikan gerakanku saat orgasme merengkuhnya, milikku segera datang! Kudorong diriku sejauh yang kubisa dan membiarkan spermaku bersarang dalam lubang anusnya. Isteriku berteriak saat orgasme datang padanya secara berkesinambungan seiring ledakan spermaku yang kuberikan padanya. Akhirnya, aku selesai, tapi dia mendapatkan orgasme sekali lagi saat kepala penisku keluar dari jepitan lubang anusnya.

Isteriku membersihkan tubuhku lalu mendorongku keluar dari kamar mandi. Aku melangkah ke kamar kami dan berganti pakaian. Baru saja aku selesai memakai pakaian saat isteriku keluar dari kamar mandi dan muncul dalam kamar.

"Tadi benar-benar indah" katanya.
"Mungkin kita harus mengulanginya lagi nanti. Sekarang keluarlah dan nonton TV."

*****

Anak-anakku, tanpa Cindy pulang tak lama kemudian. Semuanya bertingkah normal. Aku lihat pertandingan bola, dan mereka melakukan apa yang biasa mereka kerjakan di hari Minggu sore.

Sisa seminggu itu normal-normal saja. Gadis-gadis pergi ke sekolah dan Isteriku pergi kerja seperti biasanya. Tak ada seorangpun yang bicara atau menanyakan tentang kejadian minggu lalu. Isteriku terlalu letih tiap malamnya sepulang dia kerja. Anak-anakku juga bersikap seperti tak pernah terjadi apapun. Aku jadi mulai berpikir apakah itu hanya khayalanku atau aku bermimpi tentang itu?

Saat aku pulang kerja di hari Jum'at, anak-anaku meminta ijinku apa temannya boleh menginap nanti malam. Cindy ingin meghabiskan kembali akhir minggunya bersama kami dan Eva ingin temannya Ami bermalam juga. Aku suka Ami. Dia anggun. Kalau saja aku masih remaja, aku pasti akan mengajaknya kencan. Dia, seperti Eva, memiliki sosok sempurna. Bedanya Ami memiliki wajah yang dapat membuatnya dengan mudah jadi seorang model kalau dia mau.

Malam harinya semuanya pergi tidur lebih awal. Mereka benar-benar ingin lepas dari rutinitas hariannya, baik itu sekolah atau kerja. Saat kami bangun hari Sabtunya, semua orang memintaku untuk mengadakan pesta kebun. Maka, isteriku maengajak mereka semua pergi ke toko untuk belanja. Aku beristirahat sejenak kemudian pergi mandi. Ada kerjaan menungguku saat mereka pulang nanti.

Saat mereka akhirnya pulang, sepertinya mereka memborong semua barang-barang di toko. Aku bilang pada mereka kalau hanya aku saja yang memasak pasti tak akan selesai. Bisa kacau jadinya. Akhirnya mereka bersedia berbagi tugas. Dengan semua belanjaan yang mereka borong, memerlukan hampir dua jam untuk memasaknya. Badanku bau asap dan terasa sangat letih. Saat aku masuk kedalam rumah, tak ada seorangpun di ruang keluarga ataupun dapur.

"Hey! Dimana kalian?" teriakku, "Saatnya makan!"
"Ya!" kudengar jawaban dari kamar Irma. Tapi tak ada seorangpun yang datang untuk makan.
"Hey, kalian sedang apa sih? Apa nggak ada yang mau makan?" tanyaku jengkel.
"Ada!" kembali hanya jawaban yang kudengar dari kamar Irma.

Aku mendekat ke kamar Irma dan ternyata pintunya sedikit terbuka. Saat aku menengok kedalam, kulihat para gadis dengan berbagai posisi tanpa pakaian. Kudorong pintunya agar lebih terbuka.

"Apa yang kalian lakukan?"
"Sedang menunggu Papa." Eva menjawab dan mendekat lalu menarik tanganku agar masuk.
"Kami membiarkan Papa minggu kemarin, tapi akhir pekan ini Papa tak akan dapat lolos dengan mudah."
"Sudah Papa bilang. Mama kalian akan membunuhku!" tangkisku.
"Tidak, aku tak akan melakukannya!" kudengar suara isteriku saat kulihat dia mengangkat kepalanya di antara paha Irma.
"Gadis-gadis ini menginginkanmu! Bisa apa aku menolak mereka?"

Eva menarik tanganku ke tengah kamar. Baru kemudian aku sadar kalau dia tak mengenakan selembar benangpun. Kupandangi tubuhnya. Apa yang kusaksikan ini jauh lebih baik dari yang kubayangkan. Payudaranya besar tapi kencang dengan putingnya yang menunggu untuk segera dihisap.

"Bisa apa aku menolak mereka?" pikirku saat aku rendahkan tubuhku dan mulai menghisap puting itu.

Kurasakan puting Eva membesar dalam mulutku, lalu kutaruh diantara gigiku dan mulai menggigitnya pelan. Saat aku sedang sibuk dengan itu kurasakan ada tangan yang menarik turun resletingku. Lalu tangan itu merogoh kedalam celana dalamku dan mengeluarkan penisku. Aku melihat ke bawah dan kudapati Ami sedang mengarahkan penisku ke mulutnya dan segera saja dihisapnya. Kutelusuri lekuk tubuh Irma dengan tanganku sampai pada vaginanya yang tak berambut, dan menyelipkan jariku padanya. Dapat kurasakan kehangatan dalam vaginanya dan basah saat jariki kutekankan masuk dengan pelan. Aku berusah untuk mendorongnya lebih dalam lagi, tapi terasa ada yang menahan gerakanku. Eva memandangku..

"Ya, Eva masih perawan, dan jari Papa adalah benda pertama yang memasuki vagina Eva. Eva harap penis Papalah yang kedua." aku membungkuk dan mencium Eva, bibir kami seakan melebur bersama, sebuah ciuman yang sempurna.

Sementara itu, Ami masih mengoralku. Usahanya jelas berdampak padaku. Aku melihat kebawah, kepalanya bergerak maju mundur pada batang penisku. Aku tak ingin mengeluarkan sperma pertamaku dalam mulut Ami sedangkan ada pilihan lainnya. Vagina perawan Eva dihadapanku. Maka kukeluarkan penisku dari mulut Ami.

"Kita dapat melanjutkannya nanti." kataku padanya.

Kudorong Eva ke tempat tidur, menindihnya dengan lembut. Kucium dia lagi lalu ciumanku bergerak ke sekujur tubuh telanjangnya. Kujilati lehernya, dan kutinggalkan bekas disana agar dia mengingat kejadian indah ini nantinya. Kemudian aku bergerak ke dadanya, menghisapi putingnya. Ini mengakibatkan beberapa lenguhan keluar dari mulutnya. Saat kugigit lembut putingnya dan punggungnya terangkat sedikit keatas karena terkejut. Lalu turun ke perutnya hingga akhirnya bermuara pada vaginanya yang tak berambut.

Kupandangi sejenak lalu kubenamkan hidungku pada celahnya. Aroma yang keluar dari vaginanya semakin membuatku mabuk. Saat kugantikan hidungku dengan lidah, akibatnya jadi jauh lebih baik lagi. Saat ujung lidahku merasakan untuk pertama kalinya hampir saja membuatku orgasme! Eva telah basah dan siap untuk aksi selanjutnya. Penisku membesar dan keras hanya dengan membayangkan apa yang segera menantiku didepan wajahku ini.

Ciumanku bergerak keatas dan berlabuh dalam lumatan bibirnya lagi seiring dengan kepala penisku yang menguak beranda keperawanannya. Eva mengalungkan lengannya dileherku dan menjepit pinggangku dengan kakinya saat aku berusaha untuk memasukinya lebih dalam lagi. Dapat kurasakan kehangatan yang menyambut kepala penisku. Aku tak dapat menahannya lebih lama. Eva sangat panas, basah dan rapat!

Pelan namun pasti kutingkatkan tekananku pada vaginanya. Dapat kurasakan bibirnya melebar menyambutku, ke-basahannya mengundangku masuk. Kehangatan vaginanya membungkus kepala penisku saat aku menyeruak masuk. Aku terus menekan kedalam dengan pelan meskipun aku ingin segera melesakkannya kedalam dengan cepat seluruh batang penisku. Akhirnya dapat kurasakan dinding keperawanannya, batas akhirnya sebagai seorang gadis untuk menjadi seorang wanita seutuhnya. Kupandangi dia tepat di mata.

"Sayang, ini akan sedikit sakit, tapi Papa janji sakitnya hanya sebentar saja." kurasakan kakinya menjepit pinggangku lebih rapat saat aku merobek pertahanan akhirnya. Akhirnya jebol juga dinding itu.
"Aargh! Gila! Sakit, Pa!" katanya dengan mata yang berkaca-kaca. Vaginanya mencengkeram batang penisku, ototnya bereaksi pada penyusup dan rasa sakit.
"Tenang sayang, sakitnya akan segera hilang." dan kuteruskan menekan ke dalam sampai akhirnya terbenam semua di dalamnya. Aku diam sejenak, membiarkannya untuk beradaptasi.
"Gimana? Udah baikan?" tanyaku. Dia anggukkan kepalanya.
"Aku hanya merasa penuh, rasanya aneh. Tapi juga terasa enak berbarengan."

Aku mulai menarik dengan pelan, hanya beberapa inchi, dan kemudian mendorongnya lagi dengan lembut. Aku khawatir menyakitinya, tapi dalam waktu yang sama aku tak ingin segera menembakkan spermaku. Aku ingin menikmati rasa vaginanya selama mungkin. Kurasa dia mulai dapat menikmatinya, kepalanya mendongak ke atas dan matanya terpejam.

Kupercepat kocokanku, menariknya hampir keluar dan menekannya masuk kembali dengan pelan, menikmati rasa sempit vaginanya pada penisku. Eva mulai memutar pinggulnya seiring hentakanku. Tempo dan nafsu kami semakin meningkat cepat. Kurendahkan tubuhku dan mencium lehernya dan bahunya. Tiap gerakan tubuh kami mengantarku semakin dekat pada batas akhir.

"Ya Pa! Ya! Rasanya Eva hampir sampai!"
"Papa juga sayang!" Dan kulesakkan ke dalamnya untuk yang terakhir kali. Menekan berlawanan arah dengannya mencoba sedalam mungkin saat kuledakkan sperma semprotan demi semprotan kedalam vaginanya. Dapat kurasakan cairan kami bercampur dan meleleh keluar dari vaginanya menuju ke buah zakarku.

Tubuh Eva bergetar di bawahku, tangan dan kakinya mendorongku merapat padanya. Pelan kutarik dan kudorong lagi semakin dalam padanya saat persediaan spermaku akhirnya benar-benar kosong. Kutatap matanya lalu menciumnya.

"Eva, ini adalah seks terbaik yang pernah Papa dapatkan." aku lupa kalau kami tak sendirian dikamar ini.
"Aku dengar itu!" kata isteriku.
"Kita akan lihat apa kita bisa mengubah anggapanmu itu!"
Dengan para gadis-gadis itu dalam kamar ini, aku sadar 'kesenanganku' baru saja akan dimulai

Mama susyku

Tak terasa sudah hampir setahun lebih aku menjalani hari² menyenangkan bersama mama Susy ku tersayang. Saat itu usiaku sudah mau 17 tahun, sudah naik kelas 2 SMA. Untuk masalah pelajaran, aku termasuk dalam kategori pandai, walau jarang belajar tapi nilai – nilaiku selalu baik, mungkin karena aku memiliki kemampuan mengingat yang kuat. Meski lumayan sering bolos namun tidak menjadi masalah, karena sekolahku tidak terlalu ketat, dan juga nilaiku yang baik membuat bolosku tidak terlalu menjadi masalah bagi sekolah. Namun untuk antisipasi mama kusuruh bertemu kepala sekolah, kusuruh mama ngebokis sedikit, mama bilang kalau aku kadang tidak masuk harap dimaklumi, karena kondisi fisikku kurang baik, jadi suka sakit tiba – tiba. Dan kepala sekolahpun dapat memahami, karena yang memberikan keterangan adalah orangtua muri sendiri. Dari segi kehidupan Seks-ku pun aku sudah semakin pintar. Selain dengan mama, aku pernah melakukan hubungan Seks dengan 2 orang teman sekolahku, yang kutahu bukanlah tipe Cewek yang melakukan seks untuk bayaran. Murni karena suka sama suka saja, nggak ada paksaan atau ikatan, saling menikmati saja. Aku nggak pernah merasa harus mulai sibuk cari cewek atau pacaran, bagiku keberadaan mama sudah cukup dan jauh lebih berarti. Mama sendiri kini semakin sukses dengan bisnisnya, Perusahaannya kini semakin berkembang dan diperhitungkan eksistensinya dalam dunia bisnis. Mama juga terlihat lebih cantik dan bahagia dengan keadaan yang kami jalani.


Mama sendiri tetap sering mengingatkan aku, bahwa aku bebas mencari pacar, namun aku harus bertanggung jawab. Mama nggak mau aku main dengan pelacur. Mama juga bilang kalau mencari Cewek carilah yang membuatku nyaman dan merasa bahagia. Mama bilang mama nggak bisa mengontrol aku setiap waktu, mama juga nggak bakal tahu kalau aku berbohong, jadi mama menasehati, kalaupun aku melakukan hubungan seks dengan siapapun nantinya yang menjadi pacarku, aku harus bersikap gentle dan bertanggung jawab, jangan hanya mau enaknya saja, semua resiko harus diterima dan dipertanggungjawabkan. Mama akan marah kalau aku misalnya lari dari tanggung jawab bila menghamili orang. Mama merasa perlu mengutarakan hal ini karena mama bilang, bohonglah kalau aku yang sudah kenal seks ini bisa melakukan pacaran tanpa harus melibatkan seks. Jadi mama merasa berkewajiban memberiku nasehat.


Namun aku yang sedang merasakan bahagia dan kenikmatan hubungan dangan mamaku, tidak terlalu peduli, bahkan aku merasa tidak niat cari pacar, mama sudah cukup. Aku bilang ke mama, bahwa saat ini mama adalah mamaku dan juga istriku. Tidak peduli mama setuju atau tidak, mama adalah juga istriku. Aku selalu berkeras akan hal itu, karena bagiku memang seperti itu, aku bahagia sama mama,dan menganggap mama adalah segalanya bagiku. Namun aku tidak pernah mau memanggil nama mamaku, Susy, bagiku panggilanku saat bercakap, saat sedang berstubuh adalah Mama. Aku merasakan sensasi tersendiri dengan satu kata itu : Mama. Mama sendiri akhirnya mengiyakan keinginanku yang keras itu.




Iya saat ini mama juga adalah istrimu dalam kehidupanmu, namun hanya sampai kamu menemukan istri yang sebenarnya ya Jhon. Dan jangan protes lagi, atau mama akan marah....
Senang hatiku mendengarnya, mama setuju menjadi istriku. Walau hanya kami saja yang tahu, itu sudah lebih dar cukup bagiku.


Mbak ku Lisa sendiri saat itu 19 tahun dan baru saja kuliah jurusan Psikologi. Sering nggak tentu pulang ke rumah, lebih banyak di Jakarta di rumah kakek nenek ku. Mbak ku ini amat sayang padaku, juga pada mamaku. Orangnya supel banget, terbuka. Mbak amat memanjakan aku, juga paling senang becanda sama aku. Hubungan kami sangat dekat dan akrab. Biasanya kalau Mbak datang, kami bertiga pergi makan keluar, terus jalan² ke mall, cafe atau nonton bioskop. Tentu saja aku dan mama harus menahan diri dan berhati – hati kalau ada Mbak, untungnya Mbak tahu kalau dari dulu kadang² suka tidur di kamar mama, jadi tak akan curiga kalau aku di sana, paling berpikir aku masih kolokan, namun umumnya jatahku berkurang. Kalau urusan fisik, Mbakku juga cantik, berambut panjang, tinggi juga hampir 170 cm, bodinya seksi, Toket nya juga montok gede dan panjang. Jujur saja, aku tidak terlalu memiliki niat atau hasrat melakukan ngentot pada Mbakku ini. Kalau untuk urusan seksi, iyalah, sama seperti mama, Mbak juga nggak terlalu memperhatikan pakaian bila di rumah, di depan aku juga tidak canggung untuk memakai daster atau baju tidur yang mini, juga kalau berenang tidak canggung memakai bikini. Bohong kalau aku bilang Kontol ku tidak tegang kalau sedang melihat Mbak berbikini, tapi itu kan wajar saja, aku kan lelaki normal. Tapi untuk melakukan hubungan seks, rasanya aku nggak terlalu memikirkannya, karena aku sudah bahagia dan cenderung menyukai melakukannya dengan mama yang kuanggap sudah matang dan sedang dalam kondisi tubuh sempurna sebagai Cewek. Aku benar-benar lebih suka melakukan dengan mama. Semua hasratku bisa tersalurkan bersama mama. Kalau sama mama aku benar² tidak bisa mengontrol hasratku, tapi kalau sama Mba Lisa, entah kenapa aku masih bisa menahan diri sengaceng² Kontol ku. Tapi kadang jalan kehidupan memang tidak dapat ditebak, akhirnya aku juga melakukannya dengan Mba Lisa . Prosesnya agak sedikit aneh dan tidak terduga olehku dan akan kukisahkan di sini.


Pagi itu aku libur sekolah, biasa katanya ada rapat guru, mama sudah berangkat ke kantornya. Suntuk benar campur capek sisa menggarap mama tadi malam. Si Mbak yang biasa nyuci kayaknya datang hari ini dan lagi nyuci di belakang, mungkin tadi sudah ketemu mama. Aku lalu sarapan sambil membaca koran olahraga. Nggak lama kemudian aku nyalain TV, nonton acara musik. Sejam kemudian si Mbak pamit pulang. Bosan juga, mau internetan malas...terus aku ingat ada kaset game consol yang belum aku coba, segera aku ke kamar, ngambil game console ku dan kasetnya, main di ruang keluarga saja deh. Lumayan juga, game tembak²an jedar.. jeder.. ini bisa bikin hati senang. Tidak terasa sudah siang.




Hei...! tiba² terdengar suara jeritan ceria dan tangan yang menutup mataku. Terasa ada empuk² tetek menempel di bahuku.
Aduh Mba Lisa ngagetin saja nih.
Kok nggak sekolah Jhon ?
Libur. Mbak juga tumben datang nggak kasih kabar ?
Sengaja kok, Mbak lagi libur semesteran.
Naik apa kemari Mba ?
Tadinya sih mau bareng sama temanku, tapi mereka baru balik besok, akhirnya naik kereta api tuh.
Coba telepon dulu, kan bisa Jhoni jemput di stasiun.
Hehe...biar suprise ah. Mama juga nggak tahu tuh.
Gimana kabar opa sama oma Mba ?
Baik, kamu tuh jarang nengokin, padahal kan ke sana sebentar.
Iya..iya cerewet amat.
Gimana sekolahnya ? Sudah punya cewek belum ?
Ih...nih orang cerewet deh, mending Mbak istirahat dulu, terus telepon mama.
Oke boss...


Mbak lalu mencium pipiku dan segera berdiri, lalu berjalan ke dalam, nggak lama terdengar suara yang ceriwis juga ketawa-ketiwi, rupanya Mbak lagi nelpon mama. Akupun kembali meneruskan main game. Dari dalam terdengar suara Mbakku berteriak
Jhon, kata mama nanti nggak usah jemput. Mama pulang sama supir kantor. Terus nanti malam kita makan di luar.
Aku hanya mengiyakan saja, masih asik sama game balapku. Nggak lama suasana kembali sepi, kayaknya Mbakku yang bawel itu sedang istirahat tidur. Senang sih aku dengan kedatangan Mbak, tapi itu berarti aku dan mama tidak bisa begitu bebas lagi...oh nasib berkurang deh jatahku. Karena aku juga sudah lama main game, aku pun memutuskan untuk tidur juga. Lumayan biar segar nanti kalau malam jalan sama mama dan Mba Lisa .


Sorenya aku bangun, kembali teringat Mba Lisa yang baru datang, akupun membereskan mainanku kembali ke kamar, lalu berjalan ke arah kulkas, cari makanan. Sambil mengunyah kue, kulihat di kaca belakang, Mba Lisa lagi tiduran di bangku di pinggir kolam renang. Wah enak juga nih sore – sore berenang. Aku segera berjalan ke arah kolam. Nampak Mbakku lagi bersantai dengan baju renang bikininya, namun bagian atasnya masih ditutupi kaos.


Mba, kok nggak bangunin aku ?
Ngapain, kamu sih mentang – mentang libur, maunya malas – malasan terus.
Sudah makan belum Mba ?
Sudah, tadi masak spaghetti.
Jahat amat, makan sendiri, nggak bagi-bagi.
Mbakku hanya tertawa, aku yang sebel segera loncat ke kolam dan berenang. Segar rasanya, bolak balik dari sisi satu ke ujung lain. Puas berenang, aku naik ke atas, menuju lemari handuk, mengeringkan tubuh, lalu berjalan ke bangku lain di samping Mbak. Mba Lisa masih bermalas²an. Akupun ikut berbaring di bangku berjemur. Matahari masih agak terik. Mataku kembali mengantuk, karena angin sepoi². Tiba² Mba Lisa bangkit dan kini dalam posisi duduk, kulihat dia membuka kaosnya, nampak keteknya yang bersih sedikit ditumbuhi bulu yang halus dan jarang. Kulihat Kutang bikininya bergoyang saat Mba Lisa mengangkat kaos. Ugh...Kontol ku langsung mengeras, kuarahkan pandangan mataku terfokus ke daerah dada Mba Lisa . Wow...nampaknya Mbak sudah tumbuh berkembang dengan baik dan menjadi Cewek yang seksi, seingatku dulu Kutang bikini Mbak nggak seketat sekarang, nampaknya tetek Mbak bertambah besar, sudah hampir seukuran mama. Juga pinggul dan pantatnya yang tampak lebih montok dan berisi. Kontol ku mengeras sejadi²nya. Lagi enak²nya terpesona, kudengar suara Mbak
Woiii...ngapain bengong, ngelihatin apa kamu?
Nggak...mata Jhoni nggak bisa nolak rejeki kan
Dasar baru gede kamu, sini, tolong dong usapin lotion ke punggung Mbak.
Wah sungguh tawaran yang menggiurkan, lumayan buat menghibur adikku yang lagi mengeras di balik celanaku ini. Sekalian jahilin Mbakku ini. Mba Lisa lalu segera tengkurap. Akupun segera memulai tugasku, Posisiku berdiri membungkuk dengan Kaki mengankang di atas pantat Mba Lisa . Segera kutuang lotion ke tanganku, akupun segera mengusapkannya ke punggung dan badan Mbakku. Sengaja aku mengusap – ngusap dengan agak bertenaga sedikit, seperti memberikan pijatan. Kayaknya Mbakku menikmatinya.
Enak Jhon, rasanya nyaman, bikin pegel Mbak hilang. Sekalian deh Kakinya.
Wek...maunya, memangnya tukang pijit.
Segitunya, sekali – kali kenapa mijitin Mbaknya.
Iya deh, tapi itu tali KUTANGnya dibuka ya, biar nggak nyangkut².
Ya sudah, kamu tarik sendiri.
Akupun segera menarik tali Kutang bikini tersebut. Kuambil lotion kembali, sengaja aku memulai dari Kaki, kuusap lotion dan memulai memijit dari telapak Kaki, lalu betis, naik lagi ke paha, lalu tanganku sampai ke daerah CELANADALAM , sengaja aku lebarkan Kaki Mbak pelan². Nampakbelahan pantatnya yang montok. Kupijit dengan lembut kedua belahan pantatnya, jariku juga dengan perlahan dan sesekali menyentuh tanpa sengaja bagian terluar daerah Memek Mbak yang tertutup CelanaDalem. Mba Lisa juga diam saja, entah tidak tahu atau sangat menikmati pijitanku. Cukup lama aku memijat daerah pantat Mbak. Samar² aku mencium bau aroma menyenangkan yang sudah lama kukenal, masa sih Memek Mba Lisa mulai basah. Akupun meneruskan pijatanku dengan khidmat. Mba Lisa berdehem sambil tertawa dan mengatakan kalau yang harus kupijit seluruh badan, bukan pantat. Aku pun mengambil kembali lotion, kali ini aku duduki pantat Mba Lisa, lalu aku mulai memijat punggung Mba Lisa . Ku usap² dan kubelai dengan lembut dan bertenaga bergantian. Saat sampai bagian tengah punggungnya, sengaja aku lebarkan jari²tanganku, dan sedikit menyentuh bagian pinggir teteknya. Nampaknya Mba Lisa benar² enjoy dengan profesiku sebagai tukang pijit, membiarkan saja semua pijatanku. Tanpa terasa Kontol ku makin mengeras dan berdenyut². Sebelum aku kebablasan akupun segera menyudahi kegiatanku.
Mba, sudah ya capek nih.
Yah..pijatan kamu enak lho, pegel Mbak hilang nih, bentar lagi deh.
Ogah ah, capek. Memangnya bagian depan juga mau dipijit ? tanyaku belagak lugu.
Yeee...itu mah Mbak bisa sendiri.Ya sudah, makasih ya adikku sayang.
Mba Lisa lalu segera berbalik, tangannya memegang KUTANG bikininya, lumayan agak ke bawah sedikit sih, sehingga gunung kembarnya terlihat seperti meloncat keluar. Makin ngaceng deh...mending ke dalam deh. Baru saja aku berjalan, kudengar suara Mba Lisa sambil tertawa..
Jhon, benar lho pijatanmu enak, makasih ya, tapi kok tadi rasa² ada benda aneh terasa di atas pantat Mbak...ha..ha..ha.
Sialan....kan aku lelaki normal, ini kan juga salah Mbak...huh. Balasku tengsin.
Makanya cari pacar sana...
Bawel ah...sudah deh berenang sana.
Akupun segera menuju ke dalam rumah, gawat nih, Kontol ku benar – benar nggak kompromi, terpaksa deh pakai cara tradisional. Segera aku masuk ke dalam, berdiri di tempat yang tidak terlihat dari arah kolam renang, namun aku bisa melihat ke sana. Kulihat Mba Lisa sedang duduk, nampaknya sedang mengoleskan lotion pada bagian depan tubuhnya. Celanaku segera kupelorotkan, tangan lumayan licin sisa lotion mijit Kaki tadi, aku segera mengocok Kontol ku, kulihat Mba Lisa sedang mengoleskan lotion pada area teteknya, nampak teteknya bergoyang, tangannya masuk ke balik Kutang nya, duh kenapa nggak diangkat sedikit saja sih pikirku. Kocokan semakin kencang. Lalu Mba Lisa nampak melebarkan Kakinya, kini sedang mengolesi wilayah sekitar paha dan selangkangannya. Kukocok Kontol ku makin cepat, Denyutan terasa makin kencang...Creet...creet..ah akhirnya keluar juga, lega rasanya. Segera saja kubersihkan muncratanku dengan celanaku, lalu segera menuju kamar mandi. Sambil mandi aku tersenyum sendiri...sudah lama juga aku tidak onani, karena biasanya langsung sama mama. Namun hari ini darurat, daripada bablas....


***
Tak lama kemudian mama pulang, setelah mama istirahat dan mandi, kami pun pergi jalan ke luar. Malamnya Mba Lisa minta tidur di kamar mama, biasalah sudah lama tidak ketemu, juga karena dia semangat menceritakan kegiatan barunya di dunia perkuliahan...puasa deh malam ini. Besoknya juga sama...duh banyak banget sih ngegosipnya, tinggal aku merana sendiri di kamarku. Mama bukannya nggak paham dengan kondisiku, namun kami harus menjaga rahasia kami.


Untunglah hari ketiga Mba Lisa merasa bahan gosipannya sudah berkurang dan memutuskan tidur di kamarnya, aku sengaja memutuskan untuk tidur di kamarku sendiri, untuk kemudian nanti masuk menyerang ke kamar mama. Sewaktu kami nonton TV malam itu, saat Mba Lisa tidak melihat, aku mengedipkan mata ke mama sebagai kode nanti malam aku kepingin, Mamapun balas mengedip dan tersenyum. Tidak lama kemudian aku bilang sudah mengantuk, dan segera ke kamarku. Di kamar aku nyalakan laptopku dan mulai browsing, biasa pemanasan dikit buat adikku. Lega rasanya sebentar lagi bisa bermesraan kembali dengan mamaku tersayang. Huh...tersiksa berat aku, 3 hari ini mama sibuk kerja, juga tidak bisa aku datang ke kantornya, karena sedang rapat terus membahas proyek baru, sehingga tidak ada waktu buat nyolong² melakukan hubungan. Belum lagi Kontol ku ngaceng terus kalau lihat Mba Lisa dengan bikininya di kolam renang tiap sore. Setengah jam kemudian aku dengar TV dimatikan, dan suara Mba Lisa mengucapkan selamat tidur ke mamaku. Sabar bentar lagi dik...kamu akan menemukan lubangmu....sabar. Aku meneruskan menjelajahi situs – situs porno favoritku. Satu jam kemudian aku matikan laptopku, kubuka pintu kamar pelan², mataku melihat ke arah kamar Mba Lisa, kamar kami bertiga memang terletak di lantai dua, mengendap aku ke sana, kutempelkan telingaku di pintunya, selama satu menit aku konsentrasi mendengarkan, nampaknya tidak ada suara apapun. Yakin bahwa Mba Lisa sudah tidur, aku segera menuju kamar mama, membuka pintu, nampak mama mengenakan baju tidur mininya, sedang membaca. Mungkin karena birahi kami yang sedang dahaga, dan juga karena biasa bebas saat Mba Lisa tidak di rumah, maka aku jadi agak sembrono saat itu, aku hanya menutup pintu sebatas tertutup, tanpa melihat apakah sudah tertutup rapat, apalagi menguncinya. Yang ada dalam otakku adalah segera bermesraan dengan mama tersayang.


Mama yang melihatku masuk, segera menghentikan kegiatan membacanya, ditaruhnya bukunya ke meja di samping ranjang. Aku segera naik ke atas tempat tidur, tanpa basa – basi aku segera mencium bibir mama dengan gairah yang membara..sementara tanganku meremas – remas tetek mama yang masih terbungkus baju tidurnya...
Ma, aku kangen banget nih...
Iya sayang, mama juga.
Kami berciuman dan saling meraba satu sama lain, mama meremas² Kontol ku yang sudah mengeras di balik celanaku. Dengan cepat aku segera membuka kaosku, lalu segera menelanjangi mamaku, mamapun membantu aku melepaskan celanaku. Segera saja aku gumuli mamaku. Aku peluk dan ciumi bibirnya, bulu keteknya, lalu aku segera turun ke daerah teteknya, mulutku dengan rakus segera menciumi dan menghisap puting susu mama yang besar bergantian, tanganku pun mulai meraba dan membelai² rambut memek nya yang lebat, Kuremas² rambut kemaluan yang tebal dan menggairahkan itu, lalu kuusap² Memeknya, jarikupun mulai dengan lincahnya mencari lubang Memek mama, segera kutusukkan ke dalamnya. Mama nampaknya juga memahami gairahku, dan menerima semua rasa dahagaku yang tertahan selama 3 hari ini.


Tangan mama memeluk punggungku, membelainya dengan lembut, wajahnya menunjukkan ekspresi bahwa ia mau aku memuaskan semua dahagaku. Tangannya pun mulai turun ke arah pantatku, dibelainya pantatku, lalu mulai menuju ke arah Kontol ku, diraihnya kedua biji pelerku, diusap² dan dimainkan dengan amat lembut. Lalu ia mulai mengelus dan mengocok Kontol ku. Ugh...nikmat sekali rasanya, saat tangan halus mama mengocok Kontol ku, aku pun terus menciumi dan memainkan tetek mama, sudah basah tetek mama oleh ludah dan keringat. Puas dengan tetek mama, kembali kuangkat ke atas sebelah tangan mama, bulu keteknya sungguh merangsang birahiku, aku kembali mengaeahkan lidahku ke sana, kujilati dan kuciumi sepuas hatiku, aroma Jhongi dari mama yang rajin merawatnya menggelitik hidungku dan makin membuat Kontol ku mengeras. Puas bermain², aku segera mengarahkan Kontol ku ke tetek mama, Mama sudah paham apa yang kumau dan segera mengapit kedua teteknya, aku segera memaju mundurkan pantatku untuk menggerakkan Kontol ku yang sedang dijepit dengan nikmat di antara tetek mama yang besar itu. Puting mama yang kecoklatan nampak mengeras dan mencuat ke atas dengan mempesona. Kupilin – pilin dengan jariku, membuat mama mendesah...


Lalu tanpa merubah posisi, tangan mama segera menarik dan mendorong pantatku ke depan, sehingga Kontol kupun kini berada tepat di depannya, tangan mama segera memegang batang Kontol ku dan mulutnya mendekat, lidahnya mulai menjelajahi dan menari – nari di atas Kontol ku, Ooohhh.....rasanya tiada tara. Perlahan mulutnya mulai menelan kepala Kontol ku, lalu batangnya, sampai ke pangkalnya, dihisap dan dikulum – kulum dengan kuat namun nikmat. Kontol kupun berdenyut² nikmat saat mulutnya mulai memompa Kontol ku. Pelan lalu cepat bergantian ditimpali dengan permainan lidah yang lihai, membuatku hanya bisa mendesah menahan kenikmatan ini. Nampaknya mama benar² ingin melumat habis Kontol ku dengan mulutku, saat aku hendak menyudahi Oral Seks ini, tangannya menahannya, ya sudah aku biarkan saja, mama makin semangat dan mengulum dan menghisap Kontol ku dengan sangat panas.


Kadang mulutnya menghisap dan mengulum biji pelerku sambil tangannya mengocok Kontol ku, lalu kembali mulutnya bermain dengan Kontol ku. Lama kelamaan Kontol ku semakin berdenyut kuat, rasanya mau keluar nih sebentar lagi.
Ma...aku sudah mau keluar nih.
Mama makin mempercepat hisapannya, dan paa timing yang tepat membuka mulutnya di depan kepala Kontol ku, sementara tangannya memegang kuat batang Kontol ku. Dilepasnya sesaat saja, Creeettt....spermaku keluar dengan perlahan ke mulutnya, Lalu digenggam lagi dengan kuat, sesaat dilepas lagi...spermaku kembali menetes perlahan, dan mama kembali menggenggam kuat, kali ini agak lama, akhirnya mama melepaskannya, kali ini kepala Kontol kupun memuntahkan sperma dengan jumlah agak banyak dan kental, Mama menampungnya ke dalam mulutnya. Memandangku, kulihat mulutnya penuh dengan spermaku, sesaat kemudian mama menelannya, lalu menjilati dengan rakusnya sisa sperma yang meleleh di sekitar Kontol ku.
Sudah lama mama nggak ngerasain sperma kamu sayang.
Ma tadi enak banget, mama pintar banget waktu bikin Jhoni keluar bertahap gitu, rasanya enaakkkkkk bangeet.
Siapa dulu dong mamanya, nah nanti gantian kamu yang puasin mama.
Mamapun mengelap mulutnya dengan tissue yang tersedia, lalu meminum air di gelas yang ada di meja samping ranjang. Walau baru keluar namun tidak butuh waktu lama bagi Kontol ku untuk tegang kembali...Kontol ini pasti akan cepat tegang bila sudah berada dekat mamaku Susy yang telanjang dan mempesona ini.


Saat itu kami benar² dibakar api birahi yang menyala, sehingga tidak menyadari pintu kamar mama sedikit terbuka, karena di luar agak gelap dan kami sedang sibuk dan panas²nya, kami tidak menyadari ada sepasang mata yang sedang melihat dengan mata terbelalak.


Lisa berdiri terpaku di depan pintu, kaget dan terkejut dengan kenyataan yang dia lihat sedang terjadi di dalam kamar mamanya. Tadinya dia bermaksud ke kamar mama untuk meminjam buku sebagai bahan bacaan karena dia belum bisa tidur, dia membuka dan menutup pintu kamarnya juga dengan pelan, agar tidak mengganggu adik dan mamanya. Begitupun saat hendak masuk ke kamar mamanya, ia bermaksud melakukannya dengan pelan, agar tidak membangunkan mamanya. Namun ia heran karena pintu kamar mamanya tidak tertutup rapat, dan saat ia mendekat terdengar suara desahan dan rintihan yang sudah ia hafal benar sebagai suara apa.


Penuh keheranan dan tanda tanya ia mendorong sedikit pintu itu perlahan sekali, dan ia kaget dan terkejut mendapati adik dan mamanya yang telanjang, juga mamanya yang sedang menghisap Kontol adiknya. Mulutnya ternganga, tidak bisa mengeluarkan suara apapun, sementara Kakinya juga tidak bisa beranjak dari situ. Akhirnya ia pun melihat adegan yang sedang berlangsung di kamar mamanya.


Jhoni pun segera turun ke daerah selangkangan mamanya, mamapun segera menaikkan lututnya dan membuka lebar kedua Kakinya, nampaklah Memek mama yang mempesona. Segera saja Jhoni menciumi rambut kemaluan mamanya, lalu mulai menjelajahi permukaan Memek mamanya dengan lidahnya, dijilati semuanya. Kemudian perlahan jarinya mulai melebarkan Memek mamanya, kembali lidahnya menjilati dengan buasnya seisi Memek mamanya, lidahnya ditusuk² ke lubang Memek mamanya, lalu lidahnya mulai menuju ke arah itil mamanya, kacang enak itupun mulai dijilati dan dimainka dengan lidahnya, itil mamapun mulai membesar, makin bersemangat saja Jhoni memainkannya, mamapun mendesah penuh kenikmatan. Memek mama sendiri mengeluarkan aroma nikmat yang membuat mabuk kepayang.
Jiiilaaat terusss Jhon.
Ya...ya....mainin itil mamaaa, terusss yang..
Oooohhh......Aaahhhh...Awww,....!
Lisa melihat adegan yang berlangsung tersebut dengan berdebar², dari arah pintu dilihatnya adiknya sedang menjilati Memek mamanya, terlihat juga Kontol adiknya yang besar bergoyang², Ada sensasi dan perasaan aneh yang menjalar pada diri Lisa . Memeknya di balik celana dalam terasa berdenyut² dan panas, tanpa sadar tangannya mulai meremas² teteknya sendiri, memainkan putingnya, lalu tangannya bergerak ke bagian bawah baju tidur mininya, mulai mengelus² celana dalamnya, perlahan lalu makin kuat....kini tanganya pun mulai memasuki celana dalamnya, terasa rambut kemaluannya yang lebat, lalu tangannya pun mulai mengusap² ngusap Memeknya, semakin lama semakin cepat, sementara ia berusaha menahan suaranya agar tidak terdengar. Lalu ia pun mulai menurunkan celana dalamnya, kini ia segera berlutut, kedua Kakinya agak ia lebarkan, jemari tangannya segera mencari itilnya, lalu mulai menggosok² itil memek tersebut...walaupun pemandangan yang dilihatnya mengagetkan dirinya, namun ia tidak bisa menahan perasaan aneh panas yang menjalar dan menggelitik birahinya. Jarinya terus memainkan itilnya sementara matanyapun terus menatap dengan lekat adegan adiknya yang sedang menggarap mamanya.


Mama Susy terus menggelaitkan badannya, mulutnya mendesah² keenakkan, sementara pinggul dan pantatnya bergerak semakin liar...Jhoni semakin ganas saja memainkan itil mamanya, jarinya juga ikut menusuk² lubang Memek mamanya, semakin lama² cepat, Kontol nya sudah mengeras menikmati rintihan dan desahan kenikmatan mama. Lidahnya bergerak amat cepat menyapu dan membelai itil mamanya, desahan dan erangan mama mulaitidak beraturan dan keras, pertanda mama sudah tiba pada pertahanan terakhirnya, benar saja, tak lama kemudian dengan tubuh mengejang dan pantat yang sedikit terangkat, terasa Memek mama menyemburkan cairan hangat orgasmenya.
Wah...libur 3 hari membuat permainan lidah kamu jadi ganas yang..
Baru saja mama selesai mengucapkan kalimatnya, Jhoni segera menarik Kaki mamanya, diangkatnya kedua Kaki mamanya, sementara ia berlutut di depan Memek mamanya. Tampak olehnya Memek mamanya yang memerah karena permainan lidah dan jarinya, segera ia menurunkan pantatnya sedikit, lalu memajukan Kontol nya ke depan, karena Memek tersebut sudah basah, mudah saja Kontol nya menerobos lubang Memek mamanya, terasa hangat dan nikmat. Dimaju mundurkan Kontol nya dengan seirama, kedua Kaki mamanya menggantung di bahunya, sementara dari pantat ke kepala tetap dalam posisi membaring, mama mengangkat kedua tangannya dan mengapitkannya di belakang kepalanya sendiri.


Terlihat bulu ketek mamanya yang lebat dan mulai basah oleh keringat, makin bernafsu saja Jhoni jadinya, pompaan Kontol nya semakin cepat dan ditancakan sedalam mungkin, tetek mama bergoyang dengan cepat...plok...plok...plok...bunyi Kontol yang sedang memompa Memek mamapun terdengar jelas .


Mamapun mendesah dengan nikmat. Jhoni pun mulai mengubah tekhniknya, sengaja ia memompa dengan pelan beberapa kali dulu, lalu mulai menarik Kontol nya perlahan sampai batas ujung kepala Kontol, lalu blesss...membenamkannya lagi, terus berulang². Setiap kali akan menerobos masuk dilakukan dengan cepat dan bertenaga sehingga langsung menancap sedalam mungkin, terasa sampai ujung liang Memek mamanya. Mama pun makin bergeliat keenakan, merasa nikmat sekali setiap kali kepala Kontol Jhoni kembali menghujam lubang Memeknya dengan kuat, sementara menghujam, Kontol tersebut membelai lembut itilnya, nikmat tiada tara. Jhoni sendiri merasakan rasa geli yang enak sekali pada kepala Kontol nya setiap menerobos masuk kembali ke lubang Memek mamanya. Tak butuh waktu lama, mama kembali mengejang dan mengalami orgasme. Jhoni pun berhenti sebentar.
Lagi dong say...kok berhenti capek yah ?
Enggak..ganti posisi ya ma, aku duduk, mama di pangku, aku mau mainin tetek sama ketek mama.
Boleh...
Jhoni pun segera menyandarkan badannya ke kepala ranjang, Kakinya lurus di atas ranjang, mama segera duduk di atas Kontol Jhoni, posisi tubuhnya membelakangi Jhoni, tangannya dinaikkan ke atas mengapit kepala Jhoni . Perlahan mama meregangkan Kakinya, Memeknya sudah merah karena hujaman Kontol Jhoni, lubangnya sudah membuka, perlahan diturunkan pantatnya, lalu Jlebbbbbb....Kontol Jhoni pun menerobos denga leluasa ke lubang kemikmatan mama tersebut, dari belakang tangan Jhoni segera meremas² kedua Toket mama nya, diremasnya dengan kuat dan gemas, dimainkan dan di pilin² puting tetek mama yang sudah membesar, sementara lidahnya mulai menjilati ketek mamanya. Mama sendiri mulai menaik turunkan pinggulnya, memulai memompa Kontol anaknya, terlihat cairan sisa orgame mengalir turun membasahi batang Kontol anaknya.


Mata Lisa terpaku melihat ke arah ranjang, kini terlihat posisi mamanya yang menghadap ke arahnya, Jhoni yang sedang menjilati ketek mamanya dan meremas² tetek besar mama. Juga terlihat Kontol adiknya yang besar sedang bergerak naik turun memompa lubang Memek mama yang sudah merah karena dipompa oleh Kontol besar tersebut dalam waktu lama. Diperhatikan wajah mamanya, Lisa belum pernah melihat ekspresi mama seperti itu, wajah mamanya terlihat penuh kebahagiaan. Kembali Lisa melihat ke arah Kontol adiknya yang sedang menghujami Memek mama. Jemari Lisa semakin cepat memainkan itilnya pada Memeknya yang sudah sangat basah menyaksikan adegan seks antara Jhoni dan mama. Lisa merasakan kenikmatan menjalar di sekujur tubuhnya akibat rasa enak yang dia dapati saat memainkan itilnya. Itilnya sendiri memang agak besar, lebih besar dari mamanya dan menonjol keluar. Semakin cepat dan tanpa henti ia memainkannya. Gairahnya juga sedang terbakar. Saat ini ia tidak dapat berpikir mengenai mengapa adik dan mamanya bisa melakukan persetubuhan yang harusnya tidak boleh terjadi, namun itu bisa menyusul, saat ini ia sedang sibuk memuaskan dirinya akibat menyaksikan adegan panas yang terjadi.


Jhoni masih memainkan ketek dan tetek mamanya. Kontol nya kini mengeras sekeras²nya, aroma ketek mama menimbulkan rangsangan tersendiri yang tidak bisa dilukiskan. Kini iapun mulai ikut menaik turunkan pantatnya, mengimbangi goyangan mamanya, semakin lama semakin cepat dan seirama seiring deru nafas kenikmatan yang terjadi, kini ia menjilati leher mamanya, mama menggelinjang kegelian, lalu ia mencari bibir mamanya, mama balas menciumnya dengan tidak kalah panas, lidah mereka bertautan dengan cepat, saling menarik, goyangan Kontol dan Memek semakin cepat, tangan Jhoni semakin kuat meremas² dan memainkan tetek mamanya yang besar, semaikn kuat ia merasakan denyutan pada Kontol nya, mama sendiri semakin menggelinjangkan tubuhnya, berbarengan dengan Jhoni menyemprotkan spermanya, mamapun memuntahkan orgasmenya yang kesekian kali.


Di luar kamar Lisa pun terkulai lemas, Memeknya sudah basah kuyup, ia juga baru mengalami orgasme yang hebat, Memeknya masih berdenyut² nikmat sehabis memainkan itilnya. Matanya tetap mengawasi yang terjadi dalam kamar, nampaknya tidak ada tanda² adiknya akan keluar, dilihatnya adiknya dan mamanya terdiam lemas, masih berciuman dengan mesra, nampak sperma menetes keluar dari lubang Memek mamanya membasahi Kontol adiknya yang masih menancap di dalamnya. Dilihat wajah keduanya yang nampak bahagia dan puas. Lisa membiarkan dirinya berdiam diri sebentar, beristirahat, otaknya mulai bisa berpikir jLisa h kembali, kalaupun ia tetap di sini juga, adegan berikutnya yang akan terjadi juga sama saja, tetap saja adegan adik dan mamanya yang bersetubuh dengan panasnya, jadi lebih baik aku kembali ke kamar. Lalu ia mengambil celana dalamnya, menyeka cairan yang tersisa di lantai dengan celana dalamnya, lalu berdiri dan melangkah ke kamarnya perlahan dan tanpa suara.


Di dalam kamar mama, Jhoni dan mama masih tetap dalam posisi seperti tadi. Lemas dan puas. Berdiam diri memulihkan tenaga yang terkuras sehabis memuaskan dahaga yang sempat tertahan 3 hari ini. Kemudian terdengar suara mama memulai percakapan.
Mama puas dan nikmat sekali sayang.
Jhoni juga ma, rasanya terobati deh puasa 3 hari ini.
Ya...nggak apalah Jhon, kan ada Mbakmu, kita juga harus hati – hati. Toh kalau Lisa sedang tidak pulang kita bisa melakukan kapan saja kita mau.
Iya ma,Cuma kadang – kadang Jhoni suka nggak kuat.
Maklumlah kamu masih muda, masih penuh semangat dan mudah terangsang.
Mama juga kan.
Ah...nakal kamu.
Lalu mama segera mencabut Kontol ku dari Memeknya, menjilat sisa sperma yang masih ada di Kontol ku, aku melao keringat di tubuhku dan mama dengan handuk yang tersedia. Setelah itu kami berbaring dan berpelukan, saling berciuman dengan mesra. Malam itu Jhoni kembali menggarap Memek mamanya sebanyak 2 kali lagi, sebelum kembali ke kamarnya. Sebelum masuk e dalam kamarnya, dilihatnya kamar Mba Lisa, tetap tenang tak ada suara, masih tidur pikirnya, lalu Jhoni pun masuk ke kamarnya dan tidur. Senyum puas tersungging di wajahnya. Karena kelelahan dan terlalu panas semalaman memuaskan birahi bersama mama, Jhoni kecapekan dan bolos sekolah besoknya.


Lisa di kamarnya berbaring, tapi matanya tidak terpejam, masih terbayang jelas adegan yang dia saksikan tadi. Setelah tiba di kamar barulah ia bisa memikirkan secara jelas hal tadi. Apa yang disaksikannya tadi amat mengejutkan juga membuat dirinya marah, Bagaimana bisa mama dan Jhoni ....itu jelas terlarang, lain halnya kalau Jhoni dengan Cewek lain, mama dengan pria lain, tapi ini...mereka ibu dan anak. Jhoni juga lelaki, badannya bagus, wajahnya ganteng, usianya juga sedang kritis²nya sama yang namanya seks, kalaupun ia sudah mengenal dan melakukannya, aku bisa paham. Aku sendiri juga sudah sering melakukannya dengan pacarku. Tapi mengapa harus dengan mama, mengapa Jhon ? Dan mama kenapa kau harus melakukannya dengan Jhoni, anakmu ? Apa yang sudah terjadi selama ini..??? Kalau dilihat dari panasnya adegan tadi, wajah mereka yang bahagia juga mesranya mereka, nampaknya hal ini sudah berlangsung lama, pasti ini juga karena aku yang tidak ada di rumah ini. Kesempatan mereka amat besar.


Lalu kenapa aku tadi bisa terangsang...?? Ah persetan dengan itu, wajar saja kan, kalaupun itu bukan mama dan Jhoni tapi bila melakukan persetubuhan sepanas tadi, pastilah aku yang melihatnya akan terangang, akukan Cewek normal. Tapi bukan itu yang harus aku pusingkan. Besok saat mama kerja, aku akan minta keterangan semuanya dari si Jhoni, hal ini nggak bisa dibiarkan berlanjut. Jhoni, Jhoni adik kecilku ini ternyata sudah menjadi lelaki yang jantan yang mengerti bagaimana memperlakukan dan memuaskan Cewek........egh...Kontol nya juga besar dan panjang...gimana rasanya bila Kontol nya menyodok Memekku...Arghhh...kenapa jadi mikirin Kontol adikku, mana bisa begitu, dia kan adikku, masa aku bisa memikirkan kemaluan adikku di saat seperti ini. Sudah mendingan aku tidur dulu, percuma aku pusingkan sekarang, toh besok semuanya akan terjawab......


****
Pagi itu aku bangun terlambat, mama sudah berangkat kerja. Mama tidak terlalu ketat untuk urusan sekolah, dari dulu kalau aku bolospun mama tidak marah dan melarang, karena tahu nilai raportku selalu baik, jadi mama tidak terlalu khawatir. Masih terasa capek badanku akibat menggempur mama habis- habisan semalam. Heran, mama masih kuat saja untuk pergi kerja pagi ini, padahal kan mama yang punya Perusahaan, bisa santai dikit gitu....ups tapi nggak juga deh, kan mama bertanggung jawab akan kelangsungan Perusahaan dan juga karyaJhonnya. Salut banget aku sama mama. Aku bermalas²an sebentar, tidak berapa lama aku bangun. Cuci muka dulu, lalu segera menuju meja makan, sarapan, lapar sih.


Kulihat Mba Lisa sudah di sana, sudah mandi dan rapi, sedang membaca koran, kayaknya sudah kelar sarapan, tinggal tersisa kopi instantnya yang belum habis. Kudiamkan saja, aku langsung mengambil roti dan membuka kulkas menuang susu, lalu duduk memulai sarapanku. Tidak berapa lama, aku selesai dan bengong, nggak ada kegiatan yang mendesak, jadi santai saja. Tak berapa lama Mba Lisa menutup koran dan menaruhnya di meja, lalu memandangku sekilas dan memulai percakapan.
Nggak sekolah lagi Jhon.. Mba Lisa menanyakan dengan nada suara yang amat manis.
Enggak..malas.
Malas apa capek Jhon ?
Capek kenapa Mba ? jawabku tertawa, mengira Mba Lisa sedang meledekku seperti biasa.
Capek ya capeklah Jhon ?
Ah Jhoni nggak ngerti maksud Mba Lisa .
Biar aku perjelas ya Jhon, maksudku kamu capek pasti kamu paham. Semalam ngapain kamu di kamar mama ?
Suara Mba Lisa tiba² berubah tegas dan dingin. Deg...jantungku seakan berhenti berdetak. Apa maksudnya, mungkinkah Mba Lisa tahu dan menyadari apa yang terjadi, namun aku masih mencoba menjawab dengan santai dan ringan.


Kan semalam aku tidur di kamarku, terus pas malam aku bangun kencing, mungkin karena kondisi mengantuk aku jadi masuk ke kamar mama. Kenapa sih, kan Mbak tahu aku juga biasa tidur di kamar mama. Jawabku setenang dan semeyakinkan mungkin.
Oh tidur. Benar hanya tidur Jhon..?
Lha iyalah...Mba.
Gini ya Jhon kukasih tahu, semalam aku susah tidur, jadi aku bermaksud mengambil buku di kamar mama untuk kubaca sampai ngantuk. Tapi saat aku ke sana aku lihat pintu kamar mama tidak tertutup rapat, karena nggak mau mengganggu, maka aku dorong pelan². Iya sih kamu sama mama lagi tidur. Tapi lucunya dua²nya bugil, dan gaya tidur kalian aneh sekali, masa sampai bergumul dengan hebatnya, sampai perlu kamu memasukkan Kontol kamu ke Memek mama, itu namanya NgentOt Jhon, bukan tidur. Dan dari yang kulihat nampaknya kalian amat menikmatinya.
dingin, tenang, sinis dan penuh hujaman sekali kata² Mba Lisa . Duar..jantungku seperti ditembak pistol mendengarnya.


Aku terdiam membisu. Wah...ribet nih, baru kali ini kudengar Mba Lisa mengucapkan kata – kata kotor, gimana nih ? Tak urung aku berpikir juga kalau sekarang Mbakku amat pintar mengelola kata – katanya, ringan tapi kejam dan menghujam ke sasaran, hebat juga Mbak, baru kuliah psikologi sebentar, gayanya sudah pro banget...Hei, hei stop bukan saatnya kagum, ada hal serius nih, Mba Lisa tahu dan melihat apa yang terjadi semalam antara aku dan mama. Dan jelas sekali dia tidak suka dan tidak mau mentoleransi hal tersebut. Kayaknya sudah tidak bisa mengelak lagi, aku harus terus terang dan menjelaskan semuanya supaya Mba Lisa paham.
Ya sudah, Mbak sudah paham kan dengan apa yang Mbak lihat semalam ?
Paham apanya, gampang amat kamu ngejawab hal itu Jhon.
Ya memang segampang itu Mba, sederhana saja, aku dan mama memang melakukan hubungan seks !
Kamu nggak punya otak ya Jhon, dia mama kamu, mana bisa kamu melakukan hal seperti itu ?
Bisa saja dan sudah terbukti kan, Mbak melihatnya sendiri kan ...
Diam kamu, aku nggak peduli kalau kamu melakukannya dengan Cewek manapun yang kamu suka. Tapi kenapa kamu harus melakukannya dengan mama ?
karena kami melakukannya suka sama suka dan saling membutuhkan.
Ah, kamu asal saja bicara, paling juga karena kamu yang masih muda Cuma mau memuaskan nafsu bejat kamu, dan juga mama yang kegatelan..., kalian berdua sama gilanya Aku jadi emosi mendengar kata Mba Lisa barusan, segera saja aku berdiri.
Jaga mulutmu Mba, jangan sekali – kali kamu menghina mama, kamu nggak ngerti semuanya. Dalam satu hal kamu benar, aku nggak mau munafik, aku memang melakukan hal ini juga untuk kepuasanku. Namun Mbak harus paham, mama itu juga Cewek yang usianya masih membutuhkan seks. Apa Mbak tahu mama itu sakit dan kecewa karena perceraian dengan papa. Begitu sakit dan kecewanya, sehingga takut untuk menjalin hubungan dengan lelaki lain. Hanya mencurahkan hidupnya setelah perceraian untuk mencari nafkah dan mengurus kita, tidak peduli dengan kebutuhannya sendiri.
Tapi Jhon...
Diam dulu Mba, aku belum selesai bicara. Mba Lisa nggak tahu kan, mama juga butuh seks dalam hidupnya, apalagi sebagai Cewek di usianya sekarang, beda halnya kalau mama sudah tua atau renta, mama masih muda, cantik, apa Mbak tidak bisa memahami kalau mama memendam semua hasratnya ke dalam hatinya yang terdalam. Lalu aku bisa mengetahui hal itu, Jujur memang aku tergoda dan amat terobsesi dengan mama, terserah apa penilaian Mbak. Akhirnya mama mulai bisa memuaskan kembali hasratnya, dan mama merasa aman dan tidak takut akan sakit hati dan kecewa karena dia percaya ama aku. Kami saling menyayangi dan merasa tidak ada yang salah dengan hal ini. Jadi kuharap Mbak mau mengerti, dan satu hal yang pasti, cukup denganku Mbak mempermasalahkan hal ini, jangan pernah Mbak mengusik mama sekalipun, aku akan marah sekali kalau Mbak melakukannya.
Aku meluapkan semua emosiku. Mba Lisa langsung berdiri, diambilnya koran dan dilempar ke arahku sambil berteriak


Kamu hanya mencari pembenaran saja atas perbuatan kalian. Segala macam alasan yang kamu katakan adalah omong kosong, dasar, kalian Cuma mencari kepuasan saja, menggelikan sekali. Kamu dan mama sama gilanya. Dengan kesal kutarik dan kupegang lengan Mba Lisa dengan cepat dan keras, kudekatkan muMbau ke mukanya
Jadi apa masalahnya. Terserah Mbak mau bilang apa, sudah pasti di manapun akan menilai hal ini salah, tabu, tapi persetan. Kalau aku melakukannya dengan mama, itu urusan kami, siapa yang rugi hah ? Siapa yang kami sakiti hah ? Kami punya alasan yang bisa kami terima satu sama lain. Bukan hanya untuk kepuasanku, tapi aku juga merasa senang, karena mama juga bisa kembali bahagia dan bisa memenuhi kebutuhan seksnya tanpa perlu rasa takut dan kecewa.
Mba Lisa segera menepis tanganku, dan langsung bergegas melangkah keluar, wajahnya penuh kemarahan. Aku tidak berusaha mencegahnya. Tak lama terdengar suara mesin mobil dinyalakan dari garasi dan meninggalkan rumah, biar sajalah, paling dia menumpahkan kemarahannya sambil jalan ke luar. Daripada dia tetap di sini, yang ada kami akan terus berteriak dan berdebat. Kini aku duduk sendiri, kepalaku pusing memikirkan pertengkaran kami barusan. Apa yang harus kulakukan, apa mama harus kuberitahu bahwa Mba Lisa sudah tahu hubungan kami. Ah, jangan, biar saja, tak perlu menambah beban pikiran mama. Terserah sajalah, aku yakin Mbakku tidak akan menanyakan hal ini ke mama, karena pada dasarnya Mbakku juga menyayangi dan mau mama bahagia, terlebih setelah perceraian. Mungkin saat ini Mba Lisa belum bisa memahami alasan yang melandasi hubungan kami, mungkin Mba Lisa hanya melihat dari segi seks dan birahinya saja, memang hakikatnya hubungan seks yang kami lakukan untuk mendapatkan kenikmatan dan kepuasan, tapi itu harus diletakkan pada sisi terpisa, ah...sudahlah, nanti pasti dia kan mengerti. Aku paham Mbakku. Lalu aku mandi dan kemudian menghabiskan waktu siang itu dengan membaca – baca buku sekolahku, iyalah biar aku tambah pintar.




Sorenya mama pulang, menanyakan ke mana Mbakku, kubilang saja, tadi keluar mungkin ke rumah temannya. Mungkin karena aku lagi pusing memikirkan masalah tadi, aku tidak memanfaatkan ketiadaan Mba Lisa untuk menggarap mamaku. Mama masuk ke kamarnya, mungkin istirahat dan mau mandi. Sekitar jam 7 Mba Lisa pulang, wajahnya tampak biasa saja didepan mama, mengecup pipi mama dan mengucapkan salam, dan bicara seperti biasa dan tidak apa – apa. Lalu masuk kamarnta, ganti baju terus mandi. Nggak lama mama selesai memasak dan kami segera makan, namun Mba Lisa tampak dingin saja kepadaku. Kayaknya mama menangkap gelagat ini, dan menanyakan kepada kami apakah kami sedang bertengkar, namun aku dan Mbak hanya berguamam singkat bahwa kami oke – oke saja. Mamapun diam dan tidak bertanya lagi, biasalah namanya juga anak – anak, ada kalanya suka bertengkar dan diam – diaman, nanti juga baik lagi. Malamnya aku juga tidak menggarap mamaku, aku sedang kehilangan mood, jadi tidur saja. Paginya mama berangkat kerja dan aku juga segera memacu ninjaku ke sekolah....suasana antara aku dan Mba Lisa masih dingin, tapi tak apalah yang penting Mba Lisa tidak menanyakan hal ini ke mama.


Lisa kini sendirian di rumah. Duduk termenung di sofa, saat sendiri ini dia coba memikirkan dan mengolah semua hal yang terjadi antara mama dan adiknya. Mungkin saat sendiri dan tenang begini dia bisa memikirkannya dengan baik. Dia masih belum bisa menerima hal ini. Saling membahagiakan apanya...kebutuhan mama apaan, mereka bergumul dengan panasnya begitu kok, semua Cuma alasan, paling cuma memuaskan diri masing²...huh dasar, lama dia memikirkan dengan kesal saat membayangkan bagaimana wajah mama dan adiknya yang penuh kepuasan dan birahi saat malam itu, terasa agak sesak di dadanya. Tapi kemudian dia kembali memikirkan kata adiknya, dia coba kesampingkan urusan seksnya.


Memang benar setelah bercerai mama tidak pernah terlihat satu kalipun berjalan atau menjalin hubungan dengan pria manapun, semuanya dicurahkan untuk membesarkan aku dan Jhoni, untuk bekerja juga. Kalau untuk kecantikan dan menarik, Lisa pun mengakui dan juga mengagumi mamanya, mustahillah kalau ada pria yang tidak tertarik dan mencoba mendekati mamanya saat itu. Tapi nampaknya mamanya memang menolak dan tidak pernah berusaha menjalin suatu hubunganpun. Kesampingkanlah faktor ekonomi, mama sangat mapan dan sukses, jadi mustahil mamanya menanti pria yang kaya, enggaklah enggak ini nggak masuk point yang harus kupikirkan. Dilihat dari umur mama masih belum tua, masih menarik, dan juga memang sebagai Cewek normal yang matang pasti masih mempunyai gairah seks yang tinggi, dari sini sudah jelas, bukan masalah kecantikan atau mama merasa dirinya sudah tidak menarik.


Lisa segera meluruskan duduknya, benar juga, si brengsek Jhoni ternyata bisa memahami hal tersebut, duh kenapa juga aku ini nggak bisa melihatnya, mungkin karena aku jarang di rumah ini. Lama Lisa terdiam, mencoba menyimpulkan dari sudut pandang lain. Si Jhoni sih nggak bisa bohong, pasti dia melakukan ini karena memang mama cantik dan seksi, terang saja dia bisa nafsu...eit tunggu dulu waktu itu kan dia bilang memang dia tergoda dan terobsesi sama mama...Lisa kembali mencoba mengingat, lalu ia ingat sebuah artikel ilmiah yang pernah dibacanya, bahwa anak laki memang memiliki kecenderungan yang tinggi untuk mengagumi, mengidolakan dan juga berimajinasi akan ibunya. Pada satu sisi mungkin akan menjadi obsesi. Juga kan memang terbukti dengan adanya yang namanya sindrom Oedipus Compleks.


Apalagi Jhoni dan juga aku memang sayang sekali sama mama. Ditambah usia Jhoni memang sedang memasuki usia remaja yangrasa ingn tahunya tentang seks dan Cewek amat tinggi. Mama yang cantik dan seksi tersebut pasti menjadi obsesinya. Apalagi memang lebih banyak hanya ada dia dan mama di rumah ini. Menarik juga melihat ini dari sudut pandang ilmiah pikir Lisa .


Kemudian faktor mama, benar dari alasan yang kupikirkan tadi, nampaknya mama memang tajut untuk menjalin hubungan dengan pria lain, mungkin mama takut sakit hati dan kecewa, oh bodoh banget aku nggak menyadari mama yang memendam luka hatinya. Akhirnya semua faktor itu bertemu dan menjadi satu, Dari sisi Jhoni memang terobsesi dengan mama dan Jhoni yang juga sedang dalam kondisi seks remajanya yang lagi tinggi-tingginya, dari sisi mama yang masih mempunyai rasa takut dan kecewa tapi juga masih memendam hasrat seks yang tinggi pula, saling bertemu, dan mama merasa aman dan nyaman. Kalau kuingat ekspresi mama yang bahagia saat kulihat malam itu yah memang benar. Walau mungkin orang menilai salah, tapi sebaliknya bagi mereka berdua hal itu tidak menjadi masalah, karena keduanya saling membutuhkan dan melengkapi, bagi mereka tidak ada pihak yang dirugikan, seks memang untuk dinikmati dan mencapai kenikmatan, walau alasan seks Jhoni dan alasan seks mama berbeda namun saat berpadu akan klop, karena mama dan Jhoni saling membutuhkan, saling melengkapi, juga melakukannya karena mereka berdua merasa bahagia dan nyaman, makanya terasa menggelora dan indah bagi mereka berdua.


Lisa pun tersenyum, nampaknya kini dia bisa berdamai dengan pikirannya dan mulai bisa menerima kondisi yang ada secara logis. Kini ia sudah membulatkan pikiran dan hatinya untuk menerima dan memahami hubungan yang terjadi antara mama dan Jhoni . Lisa menyayangi keduanya, dan mau mereka bahagia. Hmmm dasar si Jhoni ternyata dia nggak asal ngomong ya, salahku juga saat itu emosi, mungkin terlalu kaget dan terlalu melihat hal ini dari sisi pandang umum tanpa mencoba memahami alasan Jhoni dan mama. Nanti aku perlu minta maaf sama si Jhoni . Sekarang sudah beres masalah ini....lalu Lisa tersenyum nakal, tapi sekarang saatnya aku memikirkan bagian tubuh si Jhoni yang menarik itu, susah dilupakan sejak aku melihatnya, gimana rasanya Memekku bila disodok perMbaasnya yang besar itu.......


Siangnya Jhoni pulang, didapati rumah sepi, namun mobil ada di garasi, lalu ia melihat ke kamar Mbaknya, nampak Mbaknya sedang tidur pulas, Wooowww...Mbaknya tidur memakai baju tidur santai yang tipis, nampak Kutang dan CelanaDalem yang membayang jelas di baliknya. Sudah biasa Jhoni melihat mama dan Mbaknya mengenakan baju tidur atau daster tipis dan mini. Dasar Mba Lisa, asal banget sih. Lalu ia berjalan ke kamarnya, ganti baju, dan ke kamar mandi bersih². Sesaat ia menuju ke meja makan, dilihat ada spagheti di sana, dan selembar kertas bertuliskan Makan Yang Banyak Yah..Adikku Sayang, Hmmm pasti Mba Lisa, mungkin ia sudah nggak marah tapi masih sungkan bicara. Mudah² ia sudah mengerti. Ia pun segera melahapnya. Kelar makan Jhoni pun menyalakan TV dan menonton acara musik. Dia sengaja tidak mau membangunkan Mbaknya, mungkin Mbak capek. Sejam kemudian terdengar suara Mbaknya memanggil dari kamar.


Jhoni pun segera mematikan TV dan masuk ke kamar Mbaknya, dilihatnya Mba Lisa sedang duduk di tempat tidur, lalu menyuruhku duduk di sampingnya. Tonjolan tetek besar yang montok yang terbungkus Kutang nya terpampang jelas di balik baju tidur tipis. Samar terlihat putingnya.
Jhon kamu sudah pulang ? Sini sebentar dong, Mba Lisa mau ngomong penting sama kamu.
Iya Mba sudah pulang dari tadi, makasih ya sudah dimasakin, mau ngomong apa ?
Tentang masalah kemarin..., deg Jhoni agak menegang, siap mendengar Mbaknya.
Memang kenapa Mba ? Mau marah lagi ?
Duh kamu...dengar dulu dong Mbak bicara...
Iya...iya...silahkan Mbak bicara
Mbak sudah berpikir, memang awalnya Mbak kaget dan shock, mungkin karena dalam keadaan marah dan emosi, Mbak tidak bisa menerima penjelasan kamu, namun setelah agak tenang Mbak bisa memikirkan semuanya satu persatu. Alasan kamu bisa Mbak terima dan pahami. Mbak melihat hal ini juga dari segi kebahagiaan mama, memang Mbak harus akui mama memang kini nampak jauh berbahagia dan lebih ceria wajahnya. Jadi teruskanlah saja hubungan itu...Mbak akan bersikap seakan tidak tahu saja di depan mama. Maafkan Mbak kemarin emosi dan marah sama kamu.
Mba Lisa lalu mendekat dan mencium pipiku, kemudian kembali duduk. Aku yang dari tadi diam mendengarkan, terus terang rada terkejut dengan cepatnya Mba Lisa memahami hal ini, dan tidak bisa memikirkan banyak hal lagi, segera menjawab..
Jhoni juga minta maaf kemarin marah juga ke Mbak. Mba, makasih yah Mbak sudah memahami, sungguh Jhoni dan mama bahagia dengan hubungan yang sedang kami lakukan ini. Kalau kagak ada lagi yang mau dibicarakan, Jhoni mau nonton TV lagi yah...
Hei..siapa bilang sudah selesai, Mbak bilang Mbak setuju dan memahami, tapi Mbak belum kelar menyampaikan semuanya. Mba Lisa mulai lagi kembali ke gaya bawel bin ceriwisnya.
Lho masih ada lagi, apaan sih ?
Seperti kata Mbak, untuk permasalahan sudah beres, dipahami dan dimengerti oleh Mbak, tapi ada bagian tubuhku yang belum beres....itu jadi syarat mutlak dariku biar semua beres
Nggak ngerti aku, sudah ngomong yang jelas saja deh...sok misterius amat sih Mbak..!
Oke...Mbak kasih tahu ya, Memek Mbak belum beres nih....jadi kamu juga harus bikin Mbak dan Memeknya bahagia dan puas seperti yang kamu lakukan ke mama...ayo entotin aku !
Apa...!!!!!! kaget benar aku mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Mbakku
Nggak...nggak...No Way Mba. Lagian kenapa harus begitu syaratnya ?
Hei dasar bandit cilik, apa kamu pikir Mbak kagak kepikiran melihat Kontol kamu yang besar dan panjang itu. Biar gimanapun aku Cewek, pasti terangsang melihat panasnya pergumulan kalian semalam. Kalau mama saja sampai merasa nikmat begitu, Mbak juga mau dong...!!!
Tapi itu kan lain…lagian mana mungkin..aku…aku .?? suaraku terbata – bata.
Sama mama saja kamu bisa, kenapa denganku tidak Jhon...??
Eng...eng...anu...aa...ya pokoknya nggak bisa Mba. Mama lain sama Mbak..
Lain apanya, mama punya tetek besar juga punya Memek yang bisa dimasuki, aku juga sama kan..
Apa Mbak kurang menarik buat kamu dibanding mama,Jhon...???
Mba Lisa lalu berdiri dan melepas baju tidurnya secara perlahan dengan gerakan sangat erotis. Kini berdiri dengan posisi sangat mengundang, hanya mengenakan Kutang dan Celana Dalem yang ketat saja. Teteknya yang juga besar serasa sesak dalam Kutang berendanya, Nampak samar puting susunya, lalu kulihat Celana Dalem nya, nampak tebal sekali, dari sela – sela terlihat beberapa helai rambut kemaluan menyembul keluar dari pinggiran Celana Dalem nya. Glek...aku meneguk ludahku, Kontol ku spontan mengeras. Wah bablas deh....kalau ceritanya sudah kayak gini, apa boleh buat. Aku kan lelaki normal, di depanku berdiri seorang Cewek cantik dengan tubuh montok dan menggiurkan, walau sulit namun aku sudah mencoba semaksimal mungkin menolaknya, tapi dia terus menantang dan meminta untuk di Entot, nggak lucu banget kalau aku mundur. Well, Que Sera – Sera, yang harus terjadi terjadilah....nggak bisa mundur lagi...nggak bisa nolak lagi...


Segera saja aku kutarik Mba Lisa ke arahku, kududukkan ke pangkuanku, mula² aku mencium ringan bibirnya, tanganku dengan lincah meremas² teteknya yang masih dibalut Kutang, rasanya agak lebih keras dari tetek mama, namun sama² enak diremas kok. Sesekali tanganku menyusup ke balik KUTANGnya, memilin² puting susunya yang besar dan tegang. Tanganku yang satu lagi mulai menari² mengelus permukaan Celana dalem nya, terasa penuh dan tebal. Kuusap² wilayah pangkal pahanya, ketika tanganku masuk ke dalam celana dalam nya terasa rambut kemaluan yang lebat pula...wah sesuai seleraku, dan ketika jariku menyentuh Memeknya, kurasakan tonjolan yang agak besar...ho..ho itil Mba Lisa rupanya berukuran agak besar dan terletak agak keluar, segera saja kumainkan itil tersebut dengan jariku, ciuman Mba Lisa pun mulai memanas.


Tangan Mba Lisa pun tak tinggal diam mengurut² Kontol ku yang masih ada di balik celana, cukup lama kami berposisi seperti ini, Memek Mba Lisa sudah terasa basah. Lalu kusuruh Mba Lisa berdiri menghadapku, kulepaskan Kutangnya, nampak indah sekali tetek besarnya menggelantung, Di tengahnya terdapat puting susu yang besar dan keras berwarna kemerahan dikelilingi lingkaran kecoklatan yang rada luas di sekelilingnya. Aku terpaku terpesona, lalu tanganku membuka Celana Dalam nya, alamak...lebatnya jembut kemaluan Mba Lisa, namun yang mempesona adalah beda dengan rambut kemaluan mama yang berwarna hitam pekat, rambut kemaluan Mba Lisa berwarna hitam agak kecoklatan kontras dengan belahan Memeknya yang berwarna merah jambu, kulihat itilnya memang agak besar dan menonjol keluar, bakalan enak untuk dimainin sama kidahku. Aku diam beberapa saat mengagumi keindahan tubuh Mba Lisa .


Kurasakan Kontol ku sudah keras sekali, sesak banget di balik celana, meronta minta dibebaskan, segera saja kubuka kaosku dan celanaku, Swiiinggg...Kontol kupun mengacung dengan perkasa dan anggun, klihat mata Mba Lisa terbelalak melihatnya dan menelan ludahnya, segera saja kutarik tangannya dan kubaringkan tubuhnya di tempat tidur. Sebelum memulainya aku menanyakannya sebentar..


Mba Lisa ...ummm maaf ya, tapi Mbak sudah pernah begituan sebelumnya ? Tanyaku canggung.
Aduh Jhon...Jhon, kalau aku belum pernah, mana berani aku nantangin kamu dan Kontol mu itu. Ada² saja kamu, oh iya kamu nanti nggak usah takut, keluarin saja di dalam, aku minum pil KB secara rutin kok.
Tidak terlalu kaget sebenarnya aku, mengetahui Mba Lisa sudah tidak Perawan lagi, dengan siapa yah dia melakukannya....Hoi..hoi stop dong mikirnya, situasi enak begini kok masih mikir terus...ayo balik lagi ke rejeki yang sudah pasrah di depanmu.


Aku segera memulai permainan ini, Mba Lisa terlntang dengan pasrahnya, kali ini aku mulai dari wilayah Memeknya, karena aku penasaran banget sama itil Mba Lisa yang menojol besar itu. Mula – mula kuciumi perutnya, lalu menjilati rambut kemaluannya yang berwarna agak kecoklatan, tak lama aku arahkan mulut dan lidahku ke bawah sedikit, terdiam sebentar menatap keindahan Memek Mba Lisa yang tebal dan kemerahan, kusapukan lidahku dengan rakus pada permukaan Memeknya, kusodok² lubang Memeknya dengan ujung lidahku, puas, aku mulai menuju itilnya yang membuatku penasaran, kali ini kumainkan dulu dengan menjepit dan mengelus²nya dengan jari telunjuk dan jempolku, nampak badannya bergetar penuh kenikmatan, lidahku mulai beraksi, kujilat ke kiri kanan, atas bawah, sekali² kugigit dengan lembut dan penuh rasa gemas, kuemut² perlahan dengan mulutku, nampak sekali Mba Lisa merasa serrrr – serrrr an saat itilnya kumainkan, sengaja aku lama bermain dengan itilnya, karena terus terang saja aku menyuka bentuknya yang menonjol keluar dan besar itu, amat pas dan enak dimainkan oleh lidahku....Tidak berapa lama, Memek Mba Lisa tampak basah sekali dan desahan serta geliat badannya semakin liar, nampaknya orgsmenya sudah dekat, kupercepat jilatan lidahku pada iilnya, dan dengan satu desahan nikmat yang sangat erotis terdengar, Mba Lisa merayakan orgasme perdananya dari diriku. Terasa hangat dan agak asin di mulutku.


Akupun segera menaikkan badanku, kali ini aku lahap tetek besarnya yang montok itu dengan buas, lidahku dengan professionalnya memainkan puting susunya, tangan Mba Lisa pun kini tidak mau tinggal diam, ia mulai meraih Kontol ku,diremas – remas lebut sambil dikocok – kocok, ugh...lembut sekali tangan Mba Lisa . Makin ganas saja aku melumat teteknya.
Jhon....sabar dikit dong, jangan nafsu gitu ah, aku kewalahan nih.
Habis tubuh Mbak amatlah berbahaya...bagi jiwa dan Kontol ku, terlalu nafsuin.
Huh...dasar, sempat – sempatnya merayu, sini dekatin Kontol kamu.
Tanpa pakai lama segera kudekatkan Kontol ku ke arah mulutnya, Mba Lisa diam sejenak, mengagumi sepenuh hati, lalu lidahnya mulai bergerak, mula – mula hanya menjilati secara perlahan kepala Kontol ku, tangannya mengelus dan meremas lembut biji Pelir ku. Lalu lidahnya makin bergerak cepat menjilat batng Kontol ku, memainkan dan menggelitik titik – titik sensitif di Kontol ku dengan lidahnya, perlahan tapi pasti mulutnya mulai mengulum Kontol ku, dihisap dan diemut – emutnya. Memang kalau aku bandingkan, untuk urusan Oral, mama lebih hebat, Mba Lisa masih kalah jam terbang, aku tidak mau bilang tidak ahli, tapi kalah jam terbang, karena kalau jam terbangnya sudah tinggi, pasti bisa seenak Oralnya mama.


Namun permainan lidah Mba Lisa jauh lebih enak dari mama, lidahnya bergerak terus tanpa henti, dan benar² benar mampu menggelitik Kontol ku dengan nikmat. Aku hanya mampu mendesah dan meremas² rambutnya saja. Lidahnya menyapu seluru Kontol ku dengan sangat agresif. Matanya terus menatap mataku saat melakukan oral, membuat makin nafsu saja pada diriku. Tidak berapa lama Mba Lisa sudah nggak tahan untuk merasakan Memeknya dimasuki sama Kontol ku. Dia segera memposisikan pinggulnya di atas Kontol ku wajahnya menghadap ke arahku yang sedang berbaring. Perlahan² diturunkan pinggulnya, lubang Memeknya dia lebarkan dengan menariknya sedikit dengan jari²nya, kepala Kontol kupun mulai memasuki lubangnya, agak sulit sedikit, karena lubangnya masih agak sempit, setelah berusaha dengan telaten, Kontol ku mulai masuk, pelan tapi pasti, kulihat badannya agak bergetar saat akhirnya Kontol ku benar² sudah masuk seluruhnya ke dalam lubang Memeknya.


Tidak langsung ia goyangkan, ia diamkan dulu, sepertinya ingin membiasakan diri dahulu, lalu perlahan Kakinya yang dalam posisi jongkok mulai ia lebarkan dan Mba Lisa mulai menaik turunkan pinggulnya, memompa Kontol ku dengan irama yang konstan. Lubang Memeknya masih terasa agak sempit, mungkin karena belum terlalu sering digunakan dan jga belum pernah melahirkan. Aku yang terbaringpun benar – benar menikmati pemandangan saat Memeknya memompa Kontol ku dengan jelas. Teteknya bergoyang²dengan sangat merangsang, aku naikkan sedikit kepalaku, dan Mba Lisa pun paham, dia condongkan badannya ke arahku, segera saja aku lumat tetek dan putingnya dengan mulutku, Goyangan Mba Lisa makin cepat. Satu hal yang pasti Memek Mba Lisa memang terasa lebih dan mudah becek daripada Memek mama, namun itu justru makin menambah kenikmatan Kontol ku, yang bisa bergerak dengan leluasa dan bebas dalam lubangnya yang agak sempit.


Mungkin semua itu karena pengaruh itilnya yang menonjol keluar, jadi setiap kali Kontol bergerak keluar masuk, otomatis itil itu akan ikut tergesek dan terelus oleh batang dan kepala Kontol, tentu saja rasa geli – geli enak akan lebih sering dinikmati Mba Lisa, yang akhirnya membuat Memeknya jadi cepat basah karena frewkensi kenikmatan yang besar yang diterima itilnya ( Sok tahu dikitlah si Jhoni ). Aku benar – benar senang dengan keputusan Mba Lisa mengajakku bersetubuh dengannya. Lumayan lama Mbaa Lisa bergoyang di atas Kontol ku, akhirnya aku memutuskan untuk gantian, kini aku yang pegang kendali.
Mba, sudahan dong, ganti posisi.
Yah Jhon lagi enak nih, itil Mbak lagi nikmat.
Nggak ah...ganti gaya deh, jangan takut itil Mbak akan merasa kenikmatan yang sama.
Yah sudah kalau beg...begitu.
Mba Lisa pun segera menghentikan goyangannya dan mencabut Kontol ku dari lubang Memeknya. Aku segera bangkit, membelakangi Mba Lisa, kusuruh Mbak nungging, namun tanganya kusuruh memegang kepala ranjang. Belahan Memeknya terlihat merah mengundang, langsung saja kusodok Memeknya dari belakang. Kupompa Kontol ku dengan semangat tinggi, sesekali Mba Lisa ikut menggoyangkan pantatnya mengimbangi sodokanku, tanganku meremas tetek besarnya yang menggantung, sesekali kuremas dengan gemas pantatnya. Kusodok Mba Lisa dengan kuat sehingga saat Kontol ku amblas sampai dalam, perutku menempel di belahan pantatnya.
Oh.Yeaahh...Ooooh....Jangan berhenti Jhon...
Ughhhhh......Enaaaakk.
Memek Mbak benar – benar kammmuuu hajar niihhhh.
Nikmati saja Mba.
Posisi nungging Mba Lisa benar² membuat Kontol ku keenakan, rasanya amat lancar memompa lubang Memeknya, Tangankupun mulai nakal, memainkan lubang pantat Mba Lisa, kutusuk – tusukan jariku ke lubang pantatnya, dan Mba Lisa makin kencang saja mendesah. Desahan Mba Lisa itu benar – benar seksi dan amat merangsang nafsuku. Mba Lisa benar² pasrah kedua lobangnya dimainkan oleh aku. Nafas Mba Lisa makin memburu, dan kulihat tubuhnya mulai agak mengejang, benar saja tak lama berselang Mbakku mengalami orgasme lagi. Aku segera mencabut Kontol ku, segera Mba Lisa kutarik perlahan dan kusuruh berbaring, sekarang aku hajar Memeknya dengan posisi biasa, aku di atas.


Terasa Kontol ku membelai itilnya setiap kali bergerak, aku makin bernafsu, kali ini aku pompa Kontol ku secepatnya, tanpa mempedulikan Mba Lisa yang berteriak – teriak karena terlalu merasa nikmat dengan Kontol ku. Kontol ku terasa berdenyut denyut, nampaknya sudah mau muntah, maka segera saja kutindih Mbakku dan kupeluk dengan amat kuat, seiringan pompaan terakhir, Croot...crooooot....crot, Kontol ku memuncratkan sperma yang cukup banyak ke seluruh liang Memek Mba Lisa, Mba Lisa agak bergetar saat spermaku menyemprot kuat dalam dinding – dinding Memeknya. Aku terkulai lemas, diam sesaat menikmati rasa enak ini. Mba Lisa pun membelai – belai punggungku yang sedang menindihnya. Lama kami terdiam dalam posisi ini, lalu aku segeri menggulingkan tubuhku, berbaring sejajar dengannya. Mba Lisa menoleh ke arahku dan tersenyum...
Pantas saja mama tidak menolak dan doyan kamu Entot-in Jhon, gila sampai lemas aku karena puas dan nikmat disodok sama Kontol kamu.
Aku juga sama Mba...
Kamu jauh lebih hebat dan lebih tahan daripada pacarku...sampai rontok rasanya badanku.
Makanya Mbak harus lebih giat lagi melatih pacar Mbak...
Ah...ngeledek saja kamu.
Ngomong – ngomong Mbak sering ya NgentOt sama pacar Mbak..
Mau tahu ajaaa deh kamu. Tapi biar deh Mbak kasih tahu ke kamu, Mbak pacaran dengan Indra sejak kelas 2 SMA dan tetap awet sampai sekarang, mulai dari pertama kali melakukan sampai sekarang dengan dia saja. Pertama kali melakukan karena kami memang sama – sama menginginkannya, tidak ada keterpaksaan. Jadi bisa dibilang nakal dan pengalamanku semuanya kulakukan bareng dia walau tidak terlalu sering.
Tapi sekarang tambah pengalaman ya sama aku Mba..hehehe.
Dasar anak bandel, kamu sendiri mana pacarnya Jhon...???
Wah belum tahu deh Mba, aku belum merasa perlu sih, kan aku sudah ada pacar yaitu mama. Apalagi sekarang aku punya pacar lagi yaitu Mba Lisa, aku makin nggak merasa perlu deh cari pacar yang lain.
Duuhhh kamu ini.....serius dikit dong, kamu tahu nggak Mbak percya kamu tuh nggak bakalan kesulitan cari pacar, wajah kamu oke, badan kamu bagus, ditambah sekarang Mbak jyga baru tahu, kamu juga pintar...
Pintar apaan Mba...???
Pintar bikin perempuan puasssss....
Kamipun tertawa dengan candaan kami. Aku masih tidak percaya bahwa aku baru saja menyetubuhi Mba Lisa, setelah masalah yang terjadi saat Mbak marah mengetahui hubungan yang kulakukan dengan mama, rasanya tidak akan pernah terpikir olehku kemungkinan Mbak malah minta aku setubuhi. Dia yang minta lho bukan aku. Ah Cewek kadang memang aneh, bisa marah, tapi tetap punya penasaran juga melihat Kontol yang besar. Lalu Mba Lisa mulai bicara kembali....


Jhon, Mbak senang dengan keputusan Mbak meminta kamu NgentOt sama Mbak, kamu boleh melakukannya lagi, Mbak akan dengan senang hati meladeni kamu, kamu hanya tinggal bilang saja.
Tapi ini menjadi rahasia kita berdua ya, mama jangan sampai tahu, bukan apa – apa, kita tidak boleh merusak kebahagiaan mama Jhon. Biarkan mama menikmati kebahagiannya, aku takut mama akan marah dan kecewa kalau sampai mama tahu bahwa kita juga punya hubungan.
Iyalah Mba, tenang saja, aku tidak akan bilang, lagian kalau mama marah, aku yang rugi dong, bisa – bisa kehilangan Memek mama yang enak..
Deh ni anak, dasar pemikirannya kagak jauh dari Memek....!
Lumayan lama kami berbaring dan berbicara sambil bergurau dengan cerianya. Tak lama Mba Lisa bangun dan menuju meja riasnya terus membuka lemari bajunya, aku hanya memperhatikan saja punggungnya yang sedang berjalan, tidak melihat apa yang dia lakukan, tak lama dia kembali, di tangannya dia membawa baby oil dan selimut kain yang panjang, belum paham aku maunya, lalu ia berdiri di pinggir ranjang dan tersenyum dengan amat nakalnya dan berkata...
Masih ada waktu banyak sebelum mama pulang, ronde berikutnya bisa segera dimulai adikku sayang?
Tentu saja, aku pun kembali bergairah. Mba Lisa naik ke atas ranjang, melebarkan selimut di atas ranjang, ukurannya cukup besar, dia bilang buat tatakan. Dia segera membuka baby oil dan menuangkan isinya sedikit demi sedikit ke...teteknya yang besar dan montok itu, lalu tangannya mengusap dan meremas tetek yang kini nampak berkilau dan seksi dalam balutan licinnya baby oil.


Aku masih melihat saja, menikmati adegan yang sedang Mbakku lakukan, Dia mainkan teteknya yang kini amat licin sehingga sering melejit lejit nakal saat tangannya memainkannya. Ughhh...Kontol ku jadi keras seketika, tanpa diminta ku segera berpartisipasi ikut bermain dengan teteknya. Enak rasanya memegang tetek besarnya yang licin, walau kita remas kuat, tak perlu khawatir Mba Lisa merasa sakit, karena tetek itu akan melejit liar kalau kita remas kuat, kumainkan juga putingnya, kupilin dengan jariku, namun fokusku tetap meremas dan memijit tetek Mba Lisa . Mba Lisa menikmati sekali sentuhan tanganku pada teteknya, kepalanya agak menengadah ke atas dan mulutnya mendesah.


Sebenarnya aku mau mulai menjepitkan Kontol ku di antara teteknya itu, namun Mbakku ini nampaknya masih mau aku bermain² dengan tubuh montoknya, ia pun segera membalikkan badannya, tengkurap dan menyuruhku meminyaki punggung dan pantatnya. Kumulai dari punggungnya, kubelai dan kuusap dengan lembut, memijatnya, Mbak nampak rileks dan nyaman, Lalu aku menuju ke arah pantatnya, kuremas² pantatnya yang licin karena minyak itu, gemas sekali aku sama pantatnya yang seksi itu, jariku bergantian mengelus belahan Memeknya dan area sekitar lubang pantatnya, hanya mengelus saja, untuk memberikan rasa nyaman. Lama aku mengusap dan meremas² daerah pantatnya, lalu Mba Lisa kusuruh berbalik, kutuang baby oil ke wilayah Memeknya, kuusap selangkangannya, mengelus bagian luar Memeknya dengan jarinya, lalu memainkan rambut kemaluannya.


Rambut kemaluannya yang lebat kini nampak tebal menggumpal karena baby oil. Sungguh pemandangan yang terasa erotis. Setelah itu kembali aku naik ke arah dadanya, kuusapi lengannya, daerah sekitar keteknya yang ditumbuhi bulu ketek yang sedikit dan jarang, lalu kembali memijat – mijat teteknya dengan gerakan tangan melingkar, putingnya yang merah agak kecoklatan mengacung, mengkilat karena minyak. Puas dengan semua aku segera memposisikan diri agar bisa meletakkan Kontol ku gtepat di tengah tetek besar tersebut.
Jhon, gaya apa lagi nih...?
Lho, Mbak memang belum pernah seperti ini..istilahnya sih Titfish ? tanyaku agak heran
Belum pernah...
Wah bego amat pacar Mbak nggak mau memanfaatkan tetek sebesar dan semontok ini..
Habis dia nggak pernah minta gaya begini sih. Memang enak Jhon..???
Enak banget Mba, rasain saja sendiri ya, nanti Mbak praktekin juga sama pacar Mbak. Dijamin nanti dia mau lagi deh. Sekarang Mbak dekap pinggiran tetek Mbak yang kuat, biar bisa mencengkram Kontol ku...
Lalu aku segera memaju mundurkan pantatku, rasa nikmat yang kurasakan sangat terasa karena tetek Mba Lisa yang sudah licin berminyak itu membuat gerakan Kontol ku menjadi lancar dan membuat kepala Kontol ku terasa geli² enak setiap bergesakkan. Sesekali aku mendongakkan kepalaku ke atas sambil mendesah. Mba Lisa pun nampaknya mulai merasakan enaknya gaya ini, sepertinya teteknya merasa nyaman dengan sodokan Kontol ku, lidahnya beraksi menjilat kepala Kontol ku saat gerakanku maju ke depan, sesekali aku berhenti agar ia bisa memainkan dan mengulum ujung Kontol ku. Kedua puting susunya terus aku mainkan, kupilin – pilin sehingga makin terasa mengeras dan membesar secara maksimal. Nikmat sekali melakukan gaya ini dengan tetek besar yang sudah diminyaki baby oil. Namun aku tidak mau mengalami klimaks di sini. Segera saja aku memberi tanda bahwa aku bLisa at berhenti dan mengganti gaya...namun Mba Lisa sudah berbicara duluan..
Jhon sodok aku dari pantat ya..
Boleh saja, memang Mbak senang main belakang ya...??
Dulu sebelum aku melepas keperawanan ku, biasanya aku hanya memperbolehkan pacarku memasuki lubang pantatku saja.
Hebat...ternyata Mbak nakal juga yah..., ya sudah Mbak tetap berbaring saja deh.
Mba Lisa menyempatkan mengulum Kontol ku dulu sebentar, lalu mengolesinya dengan baby oil, tak ketinggalan ia siramkan baby oil ke daerah lubang pantatnya. Aku segera memiringkan sedikit posisi badan Mba Lisa, Kakinya kuangkat satu ke atas dan kutempelkan di dadaku dengan kedua tanganku mengapit Kaki tersebut. Aku segera mengarahkan Kontol ku ke lubang pantatnya, Mba Lisa sudah siap dengan melebarkannya dengan jarinya, karena sudah biasa dan juga sudah licin dengan baby oil, mudah saja Kontol ku menerobos lubang pantatnya.


Mba Lisa nampak agak mengernyit merem melek, akupun segera memulai pompaanku, sempit dan enak rasanya, kupompakan Kontol ku dengan ritme agak pelan, sementara jari Mba Lisa mulai beraksi memainkan itilnya sendiri, membuat nafsuku makin bertambah, Pompaanku mulai kupercepat karena lubang pantatnya kurasakan kini mulai melebar dan makin memperlancar gerakanku. Desah nafas dan erangan Mba Lisa mulai terdengar. Kulihat ke arah wajahnya, matanya merem melek dan dari bibirnya kerap terdengar desahan nikmat yang erotis, nampaknya Mba Lisa merasa sedang di melayang layanh. Jarinya makin cepat memainkan itil nya....Hmm, aku tak pernah membayangkan kalau ternyata Mbakku juga panas dalam urusan seks.
Jhon...Oughhh...Kontol kamu sama enaknya di lubang Memek atau pantattt...!!
Sama, Mba Lisa jugaa...
Aaahhh..Ssshhh...Oohhh....terussss Jhon...
Nggak perlu disuruhhh kok Mba..
Aku makin semangat saja, namun aku sempatkan sebentar menyodok Memeknya sesaat, lalu kembali berkonstrasi menyodok lubang pantatnya...Permainan kami kali ini sudah berlangsung cukup lama, tubuh kami mulai berkeringat, namun tidak mengurangi gairah kami, aku kini memompakan Kontol ku dengan cepat dan bertenaga, Mba Lisa pun mendesah semakin kuat, pinggulnya bergetar setiap Kontol ku menyodok ke dalam lubang pantatnya. Itil Mba Lisa terlihat semakin besar saja di mataku, makin asik dilihat karena jari Mba Lisa memainkannya dengan terampil. Pinggul Mba Lisa kurasakan mulai terangkat sedikit, dan badannya mulai agak mengejang, dan seiring desahan yang kuat Mba Lisa mendapatkan orgasme, Memek Mba Lisa terlihat makin memerah karena lama dimainkan. Sodokan dan goyanganku kini kulakukan secara maksimal, akupun mulai merasakan denyut denyut nikmat di Kontol ku, dan menyemburlah cairan spermaku membasahi lubang pantat Mba Lisa .


Segera aku terdiam sesaat sambil tetap memegang Kaki Mba Lisa yang menempel di dadaku. Lalu aku segera mencabut Kontol ku dan berbaring di sampingnya. Setelah lama terdiam aku memulai percakapan.
Mba, jujur saja aku tidak pernah bermimpi atau bLisa at bisa melakukan hal ini sama Mbak, bukan karena Mbak tidak menarik, aku mungkin sulit menjelaskan, namun yang pasti aku tidak pernah bermimpi kalau akhirnya akan seperti ini.
Mbak juga sama Jhon, mungkin memang sudah jalannya seperti ini. Sedikit aneh dan tidak terduga.
Betul Mba, makasih ya Mba.
Aku juga makasih Jhon. Nampaknya liburan kali ini benar – benar bagus dan menyehatkan jasmaniku. Pokoknya selama aku masih di sini kamu harus terus mengservis aku dengan Kontol mu itu ya adikku sayang.
Waduhhh...bisa – bisa gempor Kakiku harus meladeni Mbak dan mama yang sama – sama doyan. Mana Mbak liburannya masih 3 minggu lagi...duh lembur terus deh...
Aku bisa kompromi kok Jhon, jatahku dari kamu pulang sekolah sampai mama pulang. Saat malam aku mau kamu melayani dan membahagiakan mama.
Kamipun lalu berciuman dengan hangat dan mesra, lalu aku membantu Mbak merapikan ranjangnya kembali, dan bersiap menyambut mama pulang. Saat makan malam mama menyadari aku dan Mbak sudah akrab kembali dan mengatakan bahwa ia senang karena kami sudah rukun dan tidak marahan lagi. Malamnya aku bisa dengan bebas dan tidak perlu khawatir untuk memuaskan mamaku.


*****
Selama 3 hari semua berlangsung begitu, siang jatah Mbak, malam mama, namun setelah itu aku mulai keluar dari jadwal itu, malamnya aku bolos dari mama dan malah kembali menggarap Mbakku, mama tidak curiga karena dia pikir karena ada Mbak jadi aku berhati², sementara pada Mbak kubilang sengaja tidak ke kamar mama, aku harus membuat mama berpikir bahwa aku juga berhati – hati saat ada Mbak di rumah. Pada akhirnya untuk hari – hari selanjutnya memang aku tetap,elakukan dengan mamaku, namun frewkensi saat malam hari mulai bertambah ke kamar Mbak.


Yah kalau mau jujur semua kulakukan mungkin karena aku baru – baru ini saja melakukan hubungan seks dengan Mbakku jadi wajar saja masih penasaran sama tubuh Mbak. Akhirnya aku merasa tidak nyaman dengan situasi ini, juga karena aku tidak enak berbohong sama mama. Aku bilang ke Mbak, bahwa aku akan berterus terang ke mama, tentu saja Mbak menolak niatku, tapi aku jelaskan juga ke Mbak bahwa aku tidak nyaman berbohong ke mama. Ke depannya aku akan terus merasa nyaman karena menyembunyikan rahasia ke mama. Setelah berargumen aku berhail meyakinkan Mbak bahwa aku bisa mengatasi situasi ini. Mbak menyerahkan sepenuhnya ke aku untuk bicara ke mama dan memilih untuk menginap satu malam di rumah Tante Ani, adik mamaku agar aku bisa bicara dengan bebas ke mama. Maka malam itu di ruang keluarga, aku siapkan mentalku untuk menjelaskan hal ini ke mama.


Tentu saja tidak mudah membicarakan hal ini ke mama, mama benar – benar marah dan tidak mengerti mengapa aku harus melakukan hubungan seks juga dengan Mbak. Kemarahan mama paling besar karena aku dan Mbak juga melakukan hubungan seks Bagi mama kalau Mbak akhirnya mengetahui hubungan kami, dan Mbak marah dan tidak terima itu sudah resiko, dan mama akan meminta maaf, memberi penjelasan dan alasannya serta meminta pengertian Mbak.


Akhirnya dengan susah payah kuminta mama tenang dan diam dulu, aku sudah dengarkan kemarahan mama, jadi kini biar aku mulai menjelaskan semuanya dari awal ke mama biar mama paham. Aku bilang apa yang akan kujelaskan dapat mama cek kebenarannya ke Mbak. Kujelaskan ke mama, memang saat akhirnya melihat yang terjadi malam itu, Mbak marah dan tidak terima, lalu aku bertengkar dengannya dan saling beradu argumen, mempertahankan pendapat kami masing², makanya kami sempat saling diam – diaman satu sama lain. Kuterangkan ke mama semuanya yang aku dan Mbak ucapkan saat pertengkaran itu terjadi. Tentang bagaimana upayaku menerangkan alasan juga memohon pengertiannya, juga tentang bagaimana akhirnya Mbak akhirnya menerima dan mau mengerti. Sampai sini aku berhenti dan menunggu reaksi mama.
Mama terdiam sejenak, nampak berpikir, kemarahan agak berkurang dari wajahnya, lalu mama bilang dia berterima kasih karena aku dengan segala daya upayaku bisa menerangkan dan membuat Mbakku bisa mengerti dn menerima hubungan kami.


Namun mama menyesali karena kami terlalu ceroboh hingga Mbakku bisa melihat saat kami berhubungan seks di malam itu. Mama lalu terdiam sejenak dan kembali teringat akan kemarahan utamanya, wajahnya mulai menegang dan mengulangi pertanyaannya : Kenapa kamu harus melakukan hubungan seks dengan Mbak ? Kenapa kamu harus merusak masa depan Mbakku ? Apa dengan mama saja kamu tidak puas ? Kembali aku minta mama tenang dan mendengar lanjutan keteranganku. Kujelaskan ke mama memang akhirnya Mba Lisa memang bisa memahami dan menerima semua yang terjadi, namun dengan tambahan satu syarat, Mba Lisa juga minta untuk disetubuhi olehku.


Kulihat mama nampak terperangah saat mendengar hal itu, lalu aku lanjutkan bahwa saat itu aku menolak dan mama harus percaya hal itu. Aku memang benar² menolaknya. Aku kembali melanjutkan keteranganku, kukatakan ke mama tentu saja sebagai lelaki wajarlah aku juga terangsang melihat keseksian Mbakku, kalau tidak aku tidak normalkan. Sebelum aku melakukan hubungan seks dengan Mba Lisa, aku terus terang ke mama bahwa kadang nafsuku suka naik melihat keseksian Mba Lisa, namun tidak pernah dan memang aku selalu mampu menahan diri.


Kenapa akhirnya aku melakukannya juga ? karena saat itu situasinya lain, ada faktor Mba Lisa mengetahui hubungan aku dan mama, pertengkaran, akhirnya ada pengertian, dan syarat darinya ditambah rangsangan yang Mba Lisa lakukan tentu saja aku sbagai lelaki tidak kuasa menolaknya. Sampai sini kuhentikan kembali keteranganku. Mama nampak mulai memahami situasi saat itu.


Aku mulai lagi penjelasanku, aku katakan saat aku melakukan hal itu dengan Mba Lisa, Mba Lisa juga sudah tidak Perawan dan meminumpil KB secara rutin. Sekilas kulihat kekecewaan di wajah mama saat mengetahui kondisi Mba Lisa yang sudah tidak Perawan lagi. Lalu aku jelaskan bahwa aku dan Mbak tetap melakukan hubungan seks sesudahnya, karena selain kami saling menyayangi, juga tidak munafik kami menikmatinya. Kujelaskan juga percuma mama melarang, aku dan Mbak pasti akan tetap melakukannya.


Hal ini baru akan berhenti bila kami telah memiliki pasangan atau memang merasa sudah saatnya berhenti, kalau dipaksa berhenti percuma, saat ini aku dan Mba Lisa sedang dalam tahap awal, baru mulai, jadi sedang panas – panasnya, masih penasaran dan ingin lebih lagi. Sama seperti saat awal hubungan antara aku dan mama, sulit berhenti. Lalu aku jelaskan hal yang terpenting pada mama : Kejujuran dan Perasaanku. Aku bilang ke mama, bisa saja aku dan Mbak menyembunyikan hubungan ini, resikonya mungkin suatu hari kelak mama kemungkinan juga bisa memergoki kami. Mba Lisa juga sama tidak mau mama tahu, karena tidak mau merusak kebahagiaan mama, namun akulah yang memaksanya untuk jujur sama mama.


Kulihat mama agak bingung dengan penjelasanku, katanya kenapa ? Bukannya kalau kamu tidak bilang justru mama tidak akan tahu hubunganku dengan Mba Lisa . Aku katakan ke mama, ini masalah hati ma, aku selalu menganggap mama sebagai orang yang special dan kusayangi dalam hidupku, aku akan merasa tersiksa dan tidak nyaman selamanya kalau menyembunyikan hal seperti ini dari mama. Hatiku tidak mau aku membohongi mama, aku belum bisa menghentikan hubunganku dengan Mba Lisa, namun aku juga tidak mau membohongi mama. Sekilas kulihat nampak wajah mama berseri mendengar penjelasan akhirku, sekilas namun dapat kulihat. Kubilang penjelasanku sudah jelas dan selesai. Lama mama terdiam, akupun diam juga, membiarkan mama berpikir. Akhirnya mama berbicara..


Terimakasih kamu sudah mau jujur dan terbuka sama mama. Satu sisi diri mama masih belum bisa membuat keputusan dan asih bingung dengan situasi ini, tapi satu sisi yang lain mama merasa bangga karena kamu punya keberanian menjelaskan semuanya ke mama. Mama yakin kamu sangat menyayangi mama, karena kalau kamu tidak sayang, mana mungkin kamu akan merasa tersiksa dan tidak nyaman hatinya, kamu merasa seperti itu karena kamu sayang dan tidak mau mengkhianati mama, untuk masalah yang itu mama sudah paham dan mengerti.
Jhoni lega karena bisa jujur sama mama. Jhoni mau hubungan Jhoni sama mama didasari kejujuran juga ma.
Kamu benar² mulai menjadi lelaki sejati Jhoni ku tersayang.
Terimakasih ma.
Biarkan mama sendiri malam ini ya, mama perlu tenang untuk berpikir lebih jauh Jhon.
Baik ma.
Akupun mencium pipi mamaku, membiarkan dia sendiri untuk tenang memahami dan memikirkan semuanya. Aku berjalan ke arah kamarku, tidak ada seks malam ini, tapi biarlah, aku dan mama juga sedang dalam tahap baru dalam hubungan kami. Tahap di mana hubungan kami akan berkembang ke arah yang lebih baik, lebih matang dengan bisa jujur dan mampu mengatasi permasalahan yang ada. Tidak lama kudengar mama masuk ke kamarnya. Akupun akhirnya tertidur, lelap dan nyaman.


Besok paginya hari minggu, mama dan aku libur. Sudah kam 8 pagi dan mama masih di kamarnya, tak berapa lama Mba Lisa pulang. Setelah masuk ke kamarnya untuk ganti baju, ia menghampiriku yang sedang menonton TV. Dia menanyakan semuanya, aku terangkan yang terjadi semalam, dan kini aku dan Mba Lisa hanya perlu membiarkan mama tenang untuk berpikir. Kami pun lalu menonton TV dan membicarakan hal – hal lainnya. Menjelang siang mama keluar dan memanggil kami. Aku matikan TV, dan bersama Mbak menghampiri mama yang sudah duduk di ruang keluarga. Mama menunggu kami duduk, lalu memulai pembicaraan.


Terus terang mama memang terkejut mendengar apa yang Jhoni ungkapkan semalam. Semalaman mama tidak tidur memikirkannya. Kini mama akan coba membicarakannya dengan kalian. Pertama mama ingin minta maaf karena mama dan Jhoni mempunyai hubungan yang kami rahasiakan dan akhirnya kamu ketahui. Mama juga berterimakasih akhirnya kamu mau mengerti dan menerimanya.
Ma, mama tidak perlu minta maaf. Lisa sudah menerima penjelasannya dari Jhoni, jadi singkatnya Lisa mengerti dan mau mama bahagia.
Kamu memang sayang mama Lisa . Mama lanjutkan ya...mama kembali ke kamu Lisa, kamu dengar saja dulu ya...terus terang sebenarnya ada kekecewaan saat mama tahu kamu sudah tidak Perawan lagi, orangtua manapun mau yang terbaik untuk anaknya kan? Tapi mama mencoba berpikir secara jLisa h, kamu adalah kamu, apa yang menjadi hak pribadi kamu adalah kehendak kamu. Mama hanya bisa memberikan nasehat atau wejangan, namun mama tidak bisa 24 jam selamanya memantau kegiatan kamu. Jadi mama bisa memahami hal itu, dan cukup lega mengetahui kamu melakukan hal itu pertamakali bukan dengan paksaan atau terpaksa tapi dengan pasangan yang kamu percayai.. Untuk selanjutnya mama hanya minta kamu bisa bertanggung jawab atas segala resiko dan konsekwensinya. Mama diam sejenak, menarik nafas lalu melanjutkan pembicaraannya....
Untuk kalian berdua, mama kaget dan tidak pernah berpikir sedikitpun bahwa akhirnya kalian berdua melakukan hubungan seks. Berat menerima kenyataan itu. Namun mama berpikir secara logis, juga setelah mendengar penjelasan Jhoni, hal ini mamapun tidak bisa larang. Semua sudah terjadi, kalian melakukannya juga tanpa paksaan, jadi mama hanya bisa bilang silahkan kalian lakukan selama memang kalian berdua masih menginginkannya, namun berhentilah melakukannya bila di kemudian hari salah satu dari kalian memang bLisa at berhenti. Juga jaga rahasia ini sebaik mungkin, apa yang terjadi antara Mama dan Jhoni yang ketahuan Lisa, harus jadi pelajaran untuk berhati².
Mama juga tidak akan memonopoli Jhoni, Jhoni bebas menentukan kapan dan dengan siapa ia inginmelakukannya, bila sedang ingin dengan mama, silahkan, bila sedang ingin dengan Lisa, mama tidak akan egois, kamu juga harus bersikap yang adil ya Lisa, jangan memaksa Jhoni . Lebih baik begini tidak ada yang perlu disembunyikan. Mama rasa itu saja, mama harap apa yang mama putuskan ini bisa memuaskan semua pihak.
Secara spontan aku segera berdiri dan menghampiri mama, kukecup pipinya dan memeluknya sambil mengucapkan terimakasih atas semuanya dan telah berlaku adil. Mba Lisa pun menghampiri mama, memeluk dan mengecup pipinya. Lama kami bertiga berpelukan, dalam kehangatan satu keluarga, kini semua sudah jelas dan tidak ada yang pelu disembunyikan. Lalu mama menyuruh kami mandi dan siap² makan di luar.


Kini aku dapat melakukannya dengan nyaman, tanpa perlu terikat waktu, sekarang dengan mama atau sekarang dengan Mba Lisa . Kalau aku sedang sama mama, Mba Lisa paham, begitu sebaliknya. Karena Mba Lisa hanya pulang ke rumah pada saat² tertentu, maka kalau ada Mba Lisa di rumah, maka aku lebih banyak melakukan dengan Mba Lisa, mama juga menganggap hal ini wajar, karena biar bagaimanapun saat Mba Lisa sedang masa kuliah, mama memiliki aku setiap waktu.


Kalau ada pembaca yang bertanya, apa pernah kami main bertiga, aku akan jawab tidak. Kalau dari aku, tentu mau dong, Mba Lisa juga pasti bisa kuyakinkan, tapi kurasa mama tidak akan nyaman melakukan nya bertiga dengan anak perempuannya, jadi antara aku, mama dan Mba Lisa tidak pernah melakukan bertiga sekaligus